Ceking in Love
Aku
berlari ke arah pintu depan ketika suara ketukan itu tak juga berhenti dan
malah semakin keras. Mau apa sih ini tamu sebenarnya? Apa tidak bisa sabar
sedikit saja, aku kan sedang OTW menuju pintu. Ceklek! Pintu terbuka dan Yugo berdiri menjulang ( dia lebih tinggi
dariku) didepan pintu.
“ kamu go’? ngapain sih
gedor-gedor...nya...gi..tuu amat “ kata-kataku tiba-tiba saja berubah jadi slowmotion setelah melihat ekspresi Yugo
yang tidak memungkinkan untuk diomeli. Batang hidung, alis kiri, dan bagian
wajahnya yang lain terluka dan black&blue
disana-sini. Beberapa mengeluarkan darah yang sudah setengah kering. Yaa
ampun, ngapain aja sih ini anak ? kepeleset masuk got apa dikeroyok gangster
nih ?
“ kamu kenapa go’ ? “ tanyaku kaget
melihat wajahnya seperti kanvas dengan lukisan abstrak begitu.
“ suruh aku masuk dulu, kek “ jawabnya. Aku menepuk keningku.
“ yaa ampun go’, kamu mau masuk ?
bilang kek dari lahir” kataku sambil berjalan mundur memberinya ruang untuk
masuk.
“ memangnya ngapain aku kesini “
gumamnya sembari melangkah masuk. Ia langsung menuju ke sofa ruang tamu tanpa
disuruh dan merebahkan diri disalah satu sofa yang panjang. Satu lengannya
terangkat dan menumpuk menutupi matanya yang langsung terpejam, dan tangan lainnya
mencengkeram kaos diatas perut rampingnya. Sebenarnya ini bukan pertama kalinya
bagiku melihat Yugo babak belur begini. Terakhir beberapa bulan yang lalu dia
begini karena motornya terbalik dan masuk got, dan beberapa bulan sebelumnya
juga begini karena berantem sama kakak iparnya.
“ kamu kenapa lagi sih, go’ ? “
tanyaku sambil duduk disofa dekat kepalanya.
“ kamu gak mau ngobatin aku, nih ? “
dia malah nanya balik
“ bukan git....
“ padahal diluar sana banyak loh
cewek-cewek yang ngantri mau ngobatin aku, tapi aku lari kesini karena kupikir
kamu bakalan seneng dapet kesempatan ini. Kamu pasti ngga rela wajah aku
dipegang-pegang sama cewek lain ”ujarnya tanpa mengangkat tangan dari wajahnya.
Dasar pria
setengah tampan yang rewel. Sebenernya dia atau aku sih yang seneng ? kenapa
juga aku harus seneng ? dan darimana pula dia tau aku ngga rela wajahnya
dipegang-pegang cewek lain. Sok tau perasaan orang deh !
Aku pergi kekamar
dan kembali lagi membawa antiseptik dan alkohol dalam piring kecil. Kebetulan
dirumahku hanya ada aku dan Kak Oji. Ibu dan ayahku sedang pergi kondangan. Yaa
biasalah kalau hari minggu, semua orang disibukkan oleh acara yang tertulis
dalam kertas undangan. Dan kudengar dari ibu, hari ini mereka menghadiri
7undangan sekaligus. Waww ! orang tuaku hebat sekali yaa, dalam waktu sehari
mereka berganti kursi dan piring sampai 7 kali. Dan yang paling hebatnya lagi,
mereka ngga lupa tuh masukin duit ke amplopnya. Kalau aku sih udah pasti
tinggal amplopnya doang karena duitnya kuanggap uang transport. Wahahah !
“ duduk “ perintahku
Yugo langsung
menuruti dan duduk menghadapku. Aku menotol-notolkan anti septik ke luka-luka
nya menggunakan kapas. Yugo mengeryit dan ber ‘aaah aaah’ menyebalkan.
“ diam dong, ini kan sedang kuobati “
protesku
“ sakit, tau “ sahutnya
“ tauu.. “ jawabku. Kemudian membasahi
kapas lain dengan alkohol dan menempelkannya ke bagian yang memar. Yugo
mendesis saat cairan dingin itu bertemu dengan kulit dagu memarnya.
“ jadi, kamu membubarkan antrian
sebelum kesini tadi ya ? “ tanyaku sambil memindahkan kapas ke pelipisnya.
“ antrian apa ? “
“ antrian cewek-cewek sustermu itu “
kataku
“ oh, ngga usah dipikirin. Lagian aku
Cuma mau kamu yang jadi susterku” jawabnya. Matanya terbuka sedikit untuk
memandangku atau mungkin untuk menggodaku. Aku menekan kapasku dipelipisnya dan
dia ber’ aaah aaah’ lagi.
“ dasar gombal ! tega-teganya kau
gombalin aku juga “ ujarku
“ yaa ampun, masa jujur aja harus
dibilang gombal sih ! begini amat jadi orang ganteng” jawabnya sok keren.
Aku memutar
mataku, pasrah dengan kenarsisan sahabat setengah ganteng-ku ini.
“ ada apa sih ribut-ribut? “ Kak Oji
muncul dari arah belakang “ loh, kenapa lagi kau go’? “
“ ngga apa-apa bang, biasa “ jawab
yugo sambil nyengir malu.
“ sini aku aja yang obatin, kamu bikin
minum sana. Masa Yugo ngga dikasih minum sih “ kata kak Oji menyuruhku minggir
agar dia bisa menggantikan posisiku. Aku langsung berdiri dan kulihat tatapan
Yugo mengikutiku. Sedikit mencibir padanya, aku lalu kedapur untuk mengambil
minum. Kudengar suara ‘aah aah’ yang lebih keras lagi dari sebelumnya dan kali
ini disertai ‘sakit bang, udah bang sakit’ yang terdengar seperti Yugo sedang
disiksa alih-alih diobati. Aku kembali membawa segelas jus jeruk dan Yugo sudah
duduk lemah bersandar kesofa.
“ kak Oji, diapain Yugo nya ?” tanyaku
“ diapain apanya ? dianya aja yang
manja, sekarang jadi lemes gitu karena capek teriak-teriak. Udah minum dulu
deh, masih bisa minum kan kamu go’ ? apa mau pake sedotan ? ada tuh selang buat
nyuci motor“ kata kak Oji sambil ngakak. “
ngga usah bang makasih, kalo ada corong bensin aja bang “ jawab Yugo.
“ yaa udah, aku ambilin ya “ kata kak
Oji kemudian pergi keluar rumah.
Aku cuma tertawa
melihat tingkah mereka yang sungguh tidak penting itu. Yugo meneguk habis jus
jeruknya beberapa detik setelah aku menyerahkan jus itu padanya. Haus kayaknya.
“ kamu berantem sama siapa sih go’ ?”
aku kembali ke topik
“ kata siapa aku berantem ? “
“ya udah, kamu jatuh di got mana lagi
go’ ?” aku mengganti pertanyaan
“ kata siapa pula aku jatuh di got ?
untung banget tuh got ketiban cowok ganteng “ jawabnya lagi.
“ yang bener do-
“ Go’ , corong bensin ngga ada. Pake
ini mau ngga ? “ kak oji muncul lagi dipintu depan sambil melambai-lambaikan
botol bekas air mineral yang sudah dipotong jadi dua.
“ ngga usah bang, makasih. Udah abis
kok minumannya, tadi dipake buat cuci tangan “ jawab Yugo. Ya ampun, apa maunya
dua orang cowok ini. Bisa cocok banget kalo disuruh bikin kram otot perut.
“ kak oji ganggu aja sih “ bentakku
dan kakakku langsung merubah ekspresinya dari ketawa jadi sedih mendadak.
“ maaf deh, ya udah lanjutin” masih
dengan ekpresi sedihnya, dan kemudian “
ciee ciee lagi ngomong serius nih yee... kapan jadiannya sih ? mau nguping dong
! “ serunya dengan senyum lebar meledekku. Aku menatapnya dengan tatapan tajam
ala ibu tiri yang membuat ekspresinya berubah lagi.
“ apaa ? iyaa iyaa aku datang ! “
ujarnya pada udara kosong dibelakangnya dan berlari pergi. Tukang mengkhayal,
padahal ngga ada tuh suara orang manggil-manggil.
Yugo tertawa
sampai membungkuk-bungkuk melihat aksi kocaknya. Dan aku cuma mengawasinya
dengan tatapan ‘ngga lucu tau’ sampai dia diam sendiri.
“ ehmm emm... “ Yugo berdehem salah
tingkah karena aku masih menatapnya tidak senang.
“ehm maaf “ ujarnya
“ bagus kalo kamu sadar, aku lagi
seri-
“ bukan, ehm boleh minta minum lagi
ngga ? tenggorokanku jadi gatel nih “
Yugooooooooo!!!!!!!!!
***
Panas panas panas !!! aku mengipasi diriku
sendiri dengan cover buku tulis yang kurobek tanpa ampun sekitar 10 menit yang
lalu. Inilah susahnya kalau AC ditempat kerja rusak, akibatnya bukan cuma
manusia yang menderita. Bahkan buku tulis pun harus rela kehilangan covernya.
Nangis nangis dah tuh buku tulis. Hahaha. Ehem ehem.
Sekarang jam 2
siang, aku tengah berdiri didepan etalase toko serba ada paling ramai nomor
sekian dikotaku. Tapi karena AC dan kipas angin sedang tidak berfungsi beberapa
hari ini, Toko menjadi lebih sepi di siang hari. Jadi satu-satunya solusi
kurang manjur adalah membuka pintu kaca toko agar udara bisa masuk dan sedikit
sepoi-sepoi. Dan akibatnya semua barang dagangan termasuk orang yang dagang
ketempelan debu-debu yang terbawa angin.
“ yaa ampun, neraka mana sih yang
bocor ? “ keluh Joko yang terbaring tak berdaya dilorong rak makanan ringan.
Disampingnya masih ada kardus keripik kentang yang merk nya sering disebutin di
Tv.
“ kenapa Jok ? kau mau betulin ya ? “
tanyaku sambil tidak berhenti mengipasi diri.
“ kamu aja yang betulin, aku lemes
banget nih.. kayaknya aku dehidrasi deh “ katanya lemas
“ Ahh gak asik kamu Jok, masa segitu
aja udah dehidrasi “ ujarku.
Aku menatap
keluar, ke trotoar berdebu yang banyak orang lalu lalang disana. panas-panas
gini apa kepala mereka ngga pusing tuh jalan-jalan ditrotoar. Aku aja yang
didalam toko, rasanya kayak kebakaran begini. Aku mencoba mempercepat gerakan
kipasanku, tapi jadinya malah tanganku pegal bukan main. Sialan ! andai aja ada
Yugo disini, kan aku bisa minta kipasin. Yugo gak akan bisa nolak apa mauku,
kalau dia gak mau kemauannya aku tolak juga. Hahaha !
Sebuah sepeda
motor beserta pengendaranya memasuki halaman parkir toko tak lama kemudian.
Body kurus tinggi cungkring pengendara nya mengingatkanku pada seseorang yang
sangat familiar. Bahkan sebelum dia membuka helm nya aku sudah bisa melihat
kepala plontos sempurna pemiliknya. Tak salah lagi.
“ hai sayang ! “ Yugo melambai didepan
pintu masuk toko yang terbuka.
“ ngga bisa lebih romantis lagi
manggilnya ?” tanyaku .
Yugo Cuma tertawa
dan masuk ke dalam lorong-lorong rak. Entah apalah yang akan ia beli di siang
hari yang panas begini. Yang pasti dia datang bukan karena tadi aku sempat
kepikiran pengen dikipasin sama dia. apalagi kalo dia yang datang karena kepingin
dikipasin sama aku, bisa-bisa ku cabuti bulu kaki nya buat dijadikan kemoceng.
Yugo datang tepat
disaat aku mulai penasaran. Ia melempar 1pack kecil kapas dan meletakkan botol
minuman kosong dengan bergaya diatas etalase didepanku. Hahh! Apa-apaan ini ?
aku jadi inget iklan minuman bersoda yang ceritanya si cewek terpesona dengan
gaya minum cowok yang sexy dan memberinya 1 botol minuman gratis dengan syarat
si cowok harus meminumnya ditempat itu juga. Hahaha ! Yugo mau ngikutin iklan
itu ? dia pikir dia sexy ? dia kan ceking. Hahaha
“ sudah jangan sok ganteng, bayar saja
nih !” ujarku menyerahkan nota yang sudah selesai kutulis. Yugo membaca nota
dan menyerahkan uangnya. Setelah menerima kembalian, ia pamit sambil memberi
ciuman jauh padaku sebelum pergi. Cihh, keseringan babak belur kali tuh anak. Jadi
sekarang isi kepalanya agak-agak.... entahlah.
“ ehh Salwa “ Joko tiba-tiba saja
sudah bersuara keras lagi didekatku (Katanya tadi dehidrasi ?). Dan yang
dipanggil ‘Salwa’ itu aku.
“ apa Jok ? “ tanyaku
“ jangan Jok begitu dong manggilnya,
jadi berasa kursi kulit nih “ protesnya. Aku tergelak sementara Joko memasang
wajah kesal yang paling populer di akun facebooknya.
“ itu temanmu si Yugo itu kan ? “
“ iya, kenapa ? “
“ dia yang berantem di gang deket
rumahku itu kan ya ? aku lupa-lupa inget sih.. tapi kalau liat muka nya babak
belur gitu kayaknya emang dia deh “ ujar Joko
“ kamu liat dia berantem Jok ? “
“ liat sebentar, abis itu dipisahin
sama orang. Gilaa ! keren banget dia berantemnya, kaya gangster gitu “ cerita
Joko
“ kok gangster keren sih Jok ? “
“ hehe kan kayak aja Sal, tapi beneran
keren Sal.. “
“jadi kemaren itu dia berantem yaa, berantem
sama siapa dia ? kamu tau nggak gara-gara apa ? “ tanyaku
“ kata orang-orang sih gara-gara
cewek, soalnya ada cewek juga disana pas dia berantem. Masa kamu ngga tau sih
Sal ? katanya dia temenmu “ kata Joko. Nah kan ! Joko kan ! kalo ngomong suka
bikin tersipu malu tak berujung deh. Pake di ceplos kalo aku ini temen yang
ngga tau apa-apa. Kan point ku sebagai temen deket jadi turun drastis kayak
rating drama yang kurang penonton.
“ kamu yakin gara-gara cewek Jok ? “
“ orang ceweknya ada disana juga kok,
kan disidang RT setempat “
“ kamu kenal cewek itu ? “ entah
kenapa aku lebih tertarik sama cewek itu daripada lawannya.
“ nggak kenal sih, dia orang baru.
Tapi sama pak RT nya kenal “
“ nggak nanya “ ujarku
Jadi gara-gara
cewek ya ? Yugo rela berantem sampe babak belur Cuma gara-gara cewek yang nggak
pernah dia ceritain sama aku. apa aku ini sahabatnya kalau begitu? atau aku ini
cuma cewek korban gombalannya juga ? Dasar makhluk ceking sok ganteng !
berantem gara-gara cewek, abis itu manja-manjaan minta diobatin sama aku tanpa
cerita apapun. Nongkrong dimana sih dia malem ini ? mau kucabutin abis bulu
kakinya buat dijadiin bulu mata ( emang bisa ?)
Jam 8 malam aku pulang kerja dan
bermaksud langsung pulang kerumah. Aku capek dan lemes setelah kepanasan.
Kayaknya aku ketularan Joko deh, dehidrasi ( emang nular ya ?). aku melajukan
motorku pelan-pelan. Angin baik hati melambai-lambaikan kemejaku sampai rasanya
nyaman. Sampai aku melihatnya tak jauh dari Toko roti. Berjalan cepat memandang
ke arah toko roti itu sambil tersenyum ramah. aku sih tadinya sudah lupa soal yang
Joko ceritakan, tapi setelah melihatnya aku jadi inget lagi. Aku berhenti dan
parkir didepan toko roti itu. maksudnya mau nyegat dia. tapi kelihatannya dia
terlalu bersemangat bahkan sekarang setengah lari dan melewatiku tanpa melihat
dan menyadari aku disana.
“ darimana ? “ tanya seorang cewek
“ lagi nongkrong dirumah temen, deket
situ “ dia menunjuk kearah dia datang.
“ ohh, lagi nongkrong. Berarti ngga
sibuk dong “ ujar cewek itu, kuperhatikan dia berambut panjang dikuncir kuda.
Memakai dress selutut dan blazer. apa itu ceweknya ? jadi itu yang membuatnya
rela babak belur ?
Setelah kejadian
itu, selama beberapa hari kemudian aku tak bertemu Yugo . tidak menerima telpon
dan tidak membalas sms nya juga. Sebenarnya dia bisa ketemu aku ditoko tapi aku
terlalu marah untuk ketemu dengannya jadi setiap melihat dia datang, aku
pura-pura izin kebelakang dan baru muncul setelah dia pergi.
“ kamu dicariin tuh sama temenmu itu “
kata Joko sang informan setelah aku kembali dari pura-pura kebelakang.
“ siapa ? “ tanyaku pura-pura idiot
“ Yugo ! kayaknya dia kangen deh sama
kamu, soalnya keliatan resah gitu“ cerita Joko
“ sok tau lah Jok ! “ cela ku. Si Joko
ini kayak tau tauan aja perasaan orang. Padahal dia sendiri liat dan dia
informannya kalo si ceking itu mempertaruhkan wajah setengan tampannya untuk
membela seorang cewek yang jelas-jelas bukan aku.
Drrrt drrrt ! ponselku
bergetar dan sebuah sms mendarat diponsel butut ini. Dari Yugo :
‘hai !’ begitu aja isi sms nya. Sok
keren banget ya. Aku sengaja tidak membalasnya. Tidak penting ! beberapa menit
kemudian Hp ku bergetar lagi. Dari Yugo
:
‘ sibuk banget ya ?’... kuabaikan
saja.
‘ketemuan yuk, kangen nih ‘... alah
gombal.
‘ kemana aja sih kamu ? kok nggak
pernah keliatan ditoko?’... aku ngumpet tau nggak!
‘ ayoo dong ketemu ‘... ahh rewel deh
ceking. Kumatikan saja Hp ku agar tidak mengganggu.
***
Hari minggu, lama setelah hari minggu
waktu Yugo kerumahku dalam keadaan black&blue
itu. aku bersantai seperti biasa dikamarku. Hari minggu itu surgaku, libur
kerja dan bisa tidur seharian. Hahaha.
‘Today i don’t feel like doing
anything, i just wanna lay in my bed...’ berputarlah lirik lagu Bruno Mars di
music player dalam otakku. Aku mulai memeluk guling dan menumpuk dua bantal
jadi satu. Pas banget suasana nya lumayan sepi karena ngga ada Kak Oji yang
suka jahil. Tinggal nyalain kipas angin dan whussss... OTW !
Tok tok tok ! lahh baru aja mau tidur
siang, udah ada yang ketok pintu. Ibuku pun muncul didepan pintu. Yahh iyalah ,
siapa lagi ? hari ini aku dirumah berduaan aja sama ibuku. Ayahku pergi mancing
mania sama teman-temannya. Aku udah pesen sih tadi, supaya Ayahku foto sambil
meluk ikan gede pas dapet ikan nanti biar bisa dimasukin ke facebook. tapi kalo
dapetnya yang kecil yaa gimana caranya lah biar bisa jadi besar, misalnya
pinjem Laser pembesarnya Upin Ipin.
“ ada Yugo tuh “ kata ibuku tanpa
ba-bi-bu .
Yugo ?
jangan-jangan dia abis berantem lagi, terus minta diobatin lagi ? No No NO WAY
! emangnya aku susternya. Minta aja sana diobatin sama cewek mu.
“ ehh, ayo keluar.. Yugo nyariin kamu
tuh “ kata ibuku yang gak sabar ngeliat aku bengong.
“Salwa, ini Yugo yang dateng. Kenapa
bingung gitu sih ? biasanya kamu jingkrak-jingkrak kalo
denger nama Yugo “
Hahh ! apaaahh?
Sebegitu noraknya kah saya wahai ibunda ???? Aduhh jadi pengen makan pindang
tulang nih !
Aku pun keluar
setelah acara bengong yang membingungkan ibuku itu (aku juga sih). Kulihat Yugo
duduk dengan manis dan sopan. Bahkan kedua tangannya numpuk dipaha dengan rapi.
Tidak heran lah, kan dirumah ini ada tuan rumah yang sesungguhnya alias ibuku.
Jadi dia mencoba bersopan-sopan dan bertata krama sebagai pemuda yang baik
hati, sopan santun, ramah tamah, tidak sombong, banyak duit dan dambaan mertua.
Berbeda dengan saat rumah dalam keadaan sepi, tanpa orang tuaku. Pasti dia
berasa ini rumahnya dan dia bebas melakukan apa saja bahkan mungkin menjual
rumah ini beserta isi-isinya. Oh my god !
“ hai “ sapa Yugo begitu aku datang.
Aku diam saja dan duduk disofa diseberangnya.
“ jauh banget duduknya, sini dong !”
ujarnya dengan gaya sok ganteng yang seperti biasanya
“ bukan muhrim ! “ ujarku ketus dan
melipat tanganku didada.
“ kita maen yok !” ajaknya gembira.
Apaaaa???
“ maen layangan ? “ tanyaku, masih
dengan nada ketus.
“ maen barbie donk... Yuhuuu , yuk !
nanti punyaku yang rambut panjang warna pink ya ! “ jawabnya diluar dugaan.
Boleh juga makhluk
ceking ini. Mungkin pengalaman playboy nya selama ini dan kedekatannya dengan
sejumlah cewek membuatnya tau kalo barbie ada yang rambutnya warna pink, aku
aja yang cewek tulen nggak tau ada barbie yang warna pink. Tapi apa iya dia
pacaran sambil maen barbie ? atau sambil ngobrolin Barbie? Atau salah satu
pacarnya sebenarnya jelmaan Boneka Barbie ? atau.... yang paling mengejutkan
tapi masuk akal, sebenarnya Yugo ini punya koleksi barbie dirumahnya ! Oh My
God !!! separah itukah Yugo ? dibalik kegombalannya sebagai lelaki selama ini
dia menyimpan rahasia yang begitu memalukan ! mau jadi apa anak-anaknya nanti ?
tiba-tiba aku ingin tertawa. Tapi kutahan, Yugo pasti senang sekali kalau aku
tertawa. Aku tidak akan membuatnya senang !
“ Salwa, kita jalan Yok ! “
Apalagi ini ?
ngajak jalan ? tadi ngajak maen, sekarang ngajak jalan ! maunya apa sebenarnya
?
“ aku ngantuk “ kataku bohong.
Sebenarnya sejak mendengar nama Yugo aku sudah tidak mengantuk lagi. Tapi hanya
tidak mengantuk loh, bukan jingkrak-jingkrak.
“ ayoolahh.. udah lama kita ngga jalan
bareng. Aku yang traktir deh ! “ rengeknya, menjijikan sekali deh.
“ kenapa ngga ngajak pacarmu aja sih ?
“ tanyaku sedikit meledak, aku nggak akan heran kalo Yugo melihat dari mulutku
keluar kembang api bukannya ludah.
“ pacar ?“
“ oh nggak punya pacar ya ? gebetan
deh gebetan ! “ ralatku
“ aku maunya jalan sama kamu, sal “
jawab Yugo lagi
“ males ahh “ jawabku nonjok
“ kamu kenapa sih sal ? “ tiba-tiba
Yugo serius.
“ apanya ? “
“ akhir-akhir ini kamu menghindari aku
kan ? kamu kenapa sih ? “
“ perasaan kamu aja tuh “ jawabku
“ serius deh sal, aku salah apa sih
sebenernya ? aku tiap hari nyariin kamu tapi kamu nggak pernah mau nemuin aku.
telpon juga nggak pernah diangkat “ ujarnya
“ aku sibuk.. “
“ kamu ngga sesibuk ini
kemaren-kemaren “
“ sekarang beda, lah! lagian kamu kan
udah punya kesibukan laen, urusin aja kesibukan kamu sendiri” ujarku lagi
“ yaa ampun sal, ada apa sih
sebenernya ? “
“ kamu kan superhero, suka nolongin
orang, suka berantem, aku nggak perlu lah nambah-nambahin urusan kamu. Lagian
gebetan-gebetan kamu yang segudang itu pasti butuh perlindungan “ jawabku
seketika.
Yugo bengong,
mulutnya kebuka sedikit dan alisnya terangkat. Beberapa detik kemudian dia
tertawa. Keseriusan nya sekitar satu menit sekian detik yang lalu entah terbang
kemana. Nah Nah Nah kan ! kumat nih anak kayaknya. aku harus gimana nih ?
Panggil Ambulance apa DamKar nih?
“ Salwa...hahaha Salwa... “ dia nyebut
namaku disela-sela tawanya “ kamu kedengeran kayak pacar yang lagi cemburu, tau
nggak ? hahahah.....”
OHMYGOD! Iya kah ?
wahh malu nih aku !! merah nggak ya muka ku ? jangan-jangan ijo kayak hulk ?
atau biru kayak Avatar ? (asal jangan kuning kecoklatan aja deh !). memang sih
rasanya aneh kalo aku ngambek tanpa sebab. Tapi kan aku nggak pernah bermaksud
cemburu. Wahh ini anak makin parah aja kenarsisannya. Harus diobatin pake salep
anti kutu nih ! !
“ jangan sembarangan yaa, kamu pikir
aku naksir kamu gitu ? seleraku nggak ceking begini, tau nggak ! “ bentakku
mencoba sepenuh hati setelah mengendalikan rasa malu. Yugo terdiam dari
tawanya, tapi kelihatan masih menahan sisa tawa yang belum terpuaskan.
“ iyaa iya kamu nggak naksir aku. aku
kok yang naksir kamu “ katanya kemudian “ bercanda ! “ lanjutnya mengacungkan 2
jari setelah aku melotot kaget.
“ gimana ? mau kan pergi sama aku ? “
tanyanya lagi
“ mau kemana sih ? “
“ terserah kamu.. “
“ kan kamu yang ajak go’ ! “ aku sadar
ini pertama kalinya aku menyebut namanya sejak tadi.
“ kemana aja, ketempat yang kamu suka
“ Yugo tersenyum simpul.
Entah bagaimana
cerita selanjutnya yang jelas beberapa puluh menit kemudian kami sampai
disebuah Kafe. Langkah pertamaku disini adalah minta bayarin makan siang yang
belum sempet aku nikmatin dirumah tadi. Kalo bisa sebanyak-banyaknya.
“ mau pesan apa ? “ tanya pelayan kafe
setelah beberapa menit kami membolak-balik buku menu. Aku mengerling Yugo. Dia
memberi tatapan ‘terserah kamu aja’ yang sok baik banget. Jadi agak-agak nggak
enak mau ngerjain.
“ ini nih mbak, no 5, no 7, no11, no
20” aku menyebutkan nomor yang tercantum dibuku menu karena aku susah nyebuti
nama-nama makanan yang keinggrisan semua.
“
Minumnya es teh manis 2, jus jeruk 1, sama air mineralnya 1 mbak. ehm... kamu
yang mana go’ ? “ disaat itu Yugo sudah setengah kaget setengah heran setengah
mangap setengah mau bunuh diri denger pesenanku. Hahaha
Mbak-mbak
pelayannya juga mencatat dengan sangat baik dan cepat. Jadi akhirnya dengan
lemas Yugo mesen mi goreng dan es teh manis.
“ kamu nggak makan berapa tahun sih,
sal ? kalo uangku nggak cukup gimana ?“ tanya Yugo mulai khawatir.
“ udahlah pasti cukup, kamu kan banyak
duit.. kalo abis yaa cari lagi “ jawabku asal. Yugo kelihatan agak kesel dan
khawatir. Aku jadi kasian...dikit.
Pesanan datang dan
kami mulai makan. sebenarnya aku sama sekali nggak selera sama makanannya.
Apalagi melihat tampang Yugo yang jelalatan kesana kemari seperti orang
bingung. Jangan-jangan duitnya beneran nggak cukup. Duh kalo dia marah sama aku
gimana nih ?
“ kenapa ngeliatin ? “ tanya Yugo. Tau
aja kalo lagi diliatin padahal dia lagi nggak fokus.
“ aa “ aku menyodorkan gulungan
spageti dengan garpu ke arahnya. Dia diam sejenak melihatku, lalu memakannya.
Dih, ketahuan nggak ya kalo aku lagi baik-baikin dia. biar dia nggak marah
diporotin begini. Sebenernya ini kan balas dendamku. Tapi kok aku jadi nggak
tega ditengah-tengah begini sih ? ini lah kalo makhluk berhati baik sepertiku
ini, pasti nggak akan tega ngerjain orang. Hahaha tapi udah terlanjur. Semua
makanan ini terpaksa deh di cicipi semua sampe kekenyangan. Yugo yang nafsu
makannya turun drastis juga kupaksa bantuin aku makan sampe matanya merah
ngenes . waw !
Selesai makan kami
menuju kasir yang langsung menyerahkan nota yang isinya setengah lembar lebih.
Aku melirik totalnya, Rp. 213.000. waduhh cukup nggak ya duit orang ini? Yugo
menyerahkan 2 lembar seratus ribuan dan selembar lima puluh ribuan. Ahh aman !
aku lega duitnya ternyata masih ada sisa sekitar 37rb. Abis ini pasti Yugo
langsung nganter aku pulang dan nggak mau ngajak aku makan lagi. Hahaha
***
Aku berusaha
mengenyahkan ekspresi tidak enak dari wajahku saat Yugo menggandengku keluar
Kafe. Kupikir dia akan marah-marah padaku karena menghabiskan seisi dompetnya dan
aku sudah siap dengan semua alibiku. Tapi setelah sampai parkiran, dia melepas
tanganku, memakai helm dan menyuruhku naik ke boncengan motornya. Hahh! Dia
nggak marah ? apa nanti marahnya dirumah ? atau dia mau balas dendam sama aku
sekarang ? jangan-jangan dia mau mengajakku kesuatu tempat yang asing dan jauh
terus ninggalin aku sendirian. waduhh !!
“ kita kemana lagi ?” tanya Yugo kemudian.
Lahh ? lanjut ya ? aku harus nentuin tempat nih, jangan sampe dia yang nentuin.
Nanti aku benar-benar dibawa ketempat yang asing lagi. Aku menyebutkan salah
satu tempat favoriteku yang dulu sering aku datangi sepulang sekolah. Kebetulan
tempatnya dekat dengan rumahku, jadi kalau pun aku ditinggal aku bisa pulang
sendiri. Cerdas !
“ kenapa ke tempat itu sih ? “ tanya
Yugo sambil menoleh sebentar kebelakang, suaranya terbawa angin tapi aku masih
bisa mendengarnya dengan jelas.
“ mau nostalgia “ jawabku singkat.
Kami sampai
sekitar 20 menit kemudian. jalanannya masih sama seperti terakhir kali aku
datang. Tanah berkoral dengan pohon-pohon jarang dipinggirnya. Sekitar 15 meter
dari belakang pabrik roti belok kekanan, melewati lapangan basket dan beberapa
rumah kemudian belok kiri lurus sekitar 10 meter dari jalan setapak dan
terbentanglah lapangan kecil dipinggir jurang yang memisahkan lapangan dengan
tepi hutan.
“ akhirnya aku bisa lihat tempat ini
lagi “ ujarku merentangkan tangan, menghirup udara segar banyak-banyak. Yugo
juga merentangkan tangan sambil berjalan ke arah pohon tak jauh dari bibir
jurang.
Dia sekarang
berbaring telentang diatas rumput hijau dibawah pohon. Waww ! aku udah nggak
punya celaan lagi deh pas sampe ke tempat ini. Berasa nyaman dan menyatu dengan
suasana hening dan semilir angin yang menerbangkan rambutku. Rasanya semua
kemarahanku, dendamku hilang terbawa angin.
Aku duduk
disamping Yugo, memandang kearah jurang dan hutan diseberangnya. Dulu aku
sering kesini untuk menenangkan pikiranku. Setiap ada sesuatu yang mengganjal
dihati, aku selalu kesini untuk menenangkan diri. Hanya saja akhir-akhir ini
aku tak punya banyak waktu. Jadi aku biasanya menenangkan diri dikasur saja.
Hening ! entah
beberapa lama aku dan Yugo sama-sama diam membisu terbawa suasana. Seperti kami
sedang menonton acara favorite yang saking khusuknya tidak ada yang perlu
dikomentari. Yang pasti saat itu, matahari sudah OTW ke ufuk barat. Kulirik jam
tanganku, jam 4 lebih 5 menit. Aku masih ingin disini sekitar 1 jam lagi.
Rasanya belum puas menjauhkan diri dari hiruk pikuk kehidupan kota yang panas
menggelegar dan membuatku tidak tahan untuk tidak mengomentari apapun.
“ salwa ! “ kata Yugo dengan suara
datar yang tiba-tiba memecah keheningan. Aku menoleh kearahnya, dia masih
menatap keatas pohon seperti sebelumnya. Dibibirnya tersungging senyum
kedamaian. Entah Saking damainya hatiku ini atau saking damainya dia sampai-sampai
aku bisa melihat sisi manis diwajah Yugo. Ohmaigat ! apa mataku mulai jereng ?
“ aku memikirkan ini sepanjang hari,
sepanjang waktu, selama beberapa waktu “ ujarnya.
Ngomong apa sih
dia ? baca puisi apa gimana ? aku coba-coba melihat keatas juga kalau-kalau ada
spanduk nyangkut dipohon atau surat apalah yang ada diatas pohon itu karena
kupikir dia membaca sesuatu. Soalnya selama dia bicara, pandangan matanya tetap
lurus keatas pohon, dengan senyum yang masih sama. Apa jangan-jangan dia
kesurupan ya ? waduh ini kan dekat hutan ! lah gimana ini ?
“ dan aku udah memantapkannya beberapa
hari terakhir..” lah apalagi ini lanjutannya ? sebenarnya dia kesambet apa sih
? aku baru mau menyentuh keningnya untuk memeriksa suhu badannya tapi dia
keburu bangkit duduk, dan bersila disampingku seperti orang yang siap semedi. Aku
menatapnya dari ujung kepala sampai ujung kaki. Ini aneh sih, tapi dia nggak
kejang-kejang kayak orang kesurupan. Dia malah nyengir sambil kedip-kedip mata
kayak orang gendeng, dan kemudian aku tau dia barusan kelilipan.
“ salwa “ Yugo menyebut namaku lagi.
Berarti dia masih sadar dong, itu dia tau namaku. Ehh dia senyum-senyum malu
gitu, makin kayak orang gendeng deh.
“ apa ? “ aku kan penasaran. Dia diam
memandangku lalu..
“ ahh nggak tau deh “
“ apanya ? ” tanyaku bingung
“ nggak, aku Cuma mau senderan dipohon
ini aja. Puyeng tiduran nggak pake bantal “ ujarnya kemudian mengambil posisi
bersandar dipohon.
Nah kan ! kenapa
nggak aku mantrain aja tadi biar jadi kucing, jadi tidurnya tengkurep nggak
usah pake bantal. Sukses banget ya bikin orang penasaran terus kecele ! coba sukses cari duit, kan bisa cepet kaya . terus
nikah sama aku, punya anak dan jadi keluarga kaya raya. Hahaha dasar mata
duitan !
***
Asyeek !! AC
ditempat kerja udah dibenerin. Ruangan udah dingin, sejuk, harum menyenangkan.
pintu kaca juga udah ditutup lagi dan dipasangi tulisan Open. Joko juga udah nggak ngerengek-rengek dehidrasi lagi. Kerja
semangat lagee !
“ good morning Jok ! “ sapa ku pagi
itu pada Joko yang lagi nyapu
“ good morning Sal ! “ jawabnya
sembari mengangkat tangan
“ yang bersih ya nyapunya “ kataku
lagi
“ yang bersih ya ngepelnya “
“ siapa yang mau ngepel ? aku mau
sarapan kok”
“ jangan ngerusak suasana deh “
“ hehe bercanda Jok.. “ aku lari
kebelakang, melempar tas ku dan meraih alat pel. Kami bekerja dengan hati sejuk
berkat AC baru. Mungkin kapan-kapan kami harus memberikan testimoni tentang merk AC
baru ini, jika diperlukan. Joko juga mendedangkan lagu-lagu terbaru dengan
suaranya yang mirip suara vacum cleaner.
“ Good Mornig sir, selamat datang
ditoko kami.. ada yang bisa saya bantu ? “ suara Joko renyah menggelegar
menyambut pelanggan pertama kami.
“ selamat pagi juga Joko yang ganteng,
begitu dong. Semangat ! “ kudengar suara pak Irawan menjawabnya. Lah, kupikir
tadi pelanggan eh ternyata bos nya.
“ mana Salwa ? “ Pak Irawan nyari aku
“ I’m here, sir ! “ teriakku nongol dari balik rak sambil megang alat pel.
“ alah sok inggris semua pagi-pagi
begini “ ujarnya
“ hehe maklum pak abisnya AC barunya kayaknya
impor sih, jadi berasa kebawa bahasa internasional “ kata Joko
“ haha sok tau kamu, sini kamu Joko..
kamu juga Salwa “
Aku
berjingkat-jingkat melewati lantai yang sudah ku pel dengan susah payah dan
akhirnya ku injak sendiri. Berdiri disamping Joko yang juga masih memegangi
sapunya seperti prajurit memegang tombak.
“ ada apa pak ? gajian ya ? “ tanyaku
“ bukan, begini ko, Sal.. ceritanya
saya ini ada urusan ke bandung selama 3-5 harian. Anak saya yang kuliah
dibandung, mau wisuda. Jadi saya sekeluarga mau kebandung, menghadiri wisuda
sekaligus silaturahmi sama keluarga disana-
“ kita berdua diajak pak ? “ tanya
Joko
“ diajak tapi dititipin aja sama
satpam pas dibandara “ ujar pak Irawan
“ ya allah pak “
“ dengerin saya dulu dong “ kata pak
irawan lagi.
“ mulai besok, toko ini akan saya
tutup sementara. Kalian libur dulu. Nanti saya kabari dihari ke 4 atau ke 5 “
“ nggak jadi diajak pak ? “ tanya Joko
“ nggak ! “ Kata pak irawan dan aku
bersamaan.
Siang itu Joko
sibuk menelpon. Entah menelpon teman atau saudaranya, yang jelas dia lagi
berencana menghabiskan waktu 3-5 hari kedepan dengan liburan bersama.
"
kamu mau ikut nggak sal ? Kita kePantai.. " ujar Joko.
“ nggak ah Jok, aku lagi kismin “
jawabku .
Memang bener kok
aku lagi kere ( kasian kan !), selain itu juga aku lagi males kemana-mana.
Mungkin selama libur ini aku bakalan dirumah terus sampai bosan. Nonton Tv,
beres-beres, gangguin kak Oji, bikin cemilan, makan cemilan dan lain-lain.
Saking senengnya dapet libur mendadak, malemnya aku ketularan Joko nyanyi-nyanyi
pas pulang kerja ( Joko memang pembawa virus menular ). Dan saat itu lah aku
melihatnya, malam itu juga, ditengah kegembiraan tak terperi yang baru saja aku
dan Joko dapatkan tadi pagi. Tersenyum sambil duduk diatas motor, tak jauh dari
parkiran Toko yang terang benderang.
“Salwa ! “ teriaknya sambil melambai
padaku.
“ Elhan !!! “ aku nggak kalah teriak
sampai-sampai Joko yang udah siap nyebrang harus nunggu kendaraan lewat lagi
karena bengong ngeliatin aku.
“ apa kabar salwa ? “
“ baik, kamu apa kabar El ? “
“ aku baik, sangat baik malahan.. “
El ini temen ku
waktu di SMA. Dulu kami sering menghabiskan waktu berdua pas pulang sekolah.
sering belajar bareng dan ikut klub basket bareng disekolah. Pokoknya kemana
ada aku disitu ada El. Yah, bisa dibilang El itu cinta pertamaku (ciee ! ) .
banyak temen yang ngira kalau waktu itu kami pacaran, padahal kami nggak
pacaran-pacaran sampai lulus. Bukan karena El nya nggak mau sama aku, atau Cuma
nganggep aku adik nya tapi karena pada waktu itu aku emang belum mau pacaran.
Nggak tau deh, nggak ada selera pacaran padahal ada taksiran (hahaha alesan ya !).
setelah lulus SMA, El merantau mengadu nasib ke kota lain. Katanya sih tempat
dia kerja, gajinya lumayan besar. Kami masih sering telponan waktu itu, tapi
lama-kelamaan jadi jarang, makin jarang, bahkan nggak pernah lagi saling
kontak. Sekarang ini sudah hampir 5 tahun sejak pertemuan kami yang terakhir. Aku
mengajaknya mampir kerumahku, karena dia ada di parkiran tadi memang sengaja
mau nemuin aku.
“ hahh ? kamu mau nikah ? “ tanyaku
kaget sampai kudengar kak Oji menjatuhkan remote TV ( mudah-mudahan nggak
jantungan tuh orang )
“ iya sal, kok kaget gitu sih ? “....
aku ini nggak kaget El, aku ini shock hahaha.
“ nggak, nggak apa-apa “ ujarku.
Sebenernya sih aku bukan Cuma kaget, tapi juga kecewa huahuahua. Rasa bahagia
yang pak Irawan bungkuskan untukku dengan susah payah sejak tadi pagi udah
bolong bungkusannya dan isinya buyar kemana-mana. Yang tersisa tinggal
sedihnya. Hancur hatiku ini El, hancur ! huahuahua
“ ada apaan sal ?” kata kak Oji keluar
dari belakang dengan ekspresi ingin tau yang lucu sampe kacamatanya miring.
“ ada maling, kak !” jawabku sok
serius
“ mana.. mana malingnya ? “
“ di TV “ jawabku lagi. Seketika itu
juga kacamata Oji merosot dan tambah miring (mungkin jawabanku tadi sedikit
menghilangkan batang hidungnya). Setelah senyum ke El dan melirikku sambil mulutnya
komat-kamit, kak Oji kembali ke belakang.
“ jadi gini sal “ kata El setelah kak
Oji hilang ditelan suara TV “ aku mau minta bantuan sama kamu, bantuin aku
nganterin undangan ke teman-teman SMA kita yaa “.... Hahh ? kamu bener-bener
nggak berperasaan ya El. udah kamu nikah sama orang laen, sekarang aku pula
yang harus bantuin kamu nganterin undangan. Kamu tau banget sih aku mulai besok
nggak punya kerjaan.
“ hmm... iya deh nanti aku bantuin “
“ beneran ya sal, bantuin aku loh “
“ iyaa El, jangan khawatir ! “...
Jadi aku
menghabiskan 3 hari berikutnya dengan keliling-keliling sama El sambil
bawa-bawa undangan. Mengetuk dari pintu satu ke pintu lainnya. menjelaskan pada
teman-teman yang menyangka kalau ini pernikahan kami ( duh, perih ! ).
“ makasih lo sal, kamu udah bantuin
aku “ kata El . kami tengah duduk di pinggir jalan sambil minum es campur.
Waktu itu udah sore, undangan yang tersisa tinggal beberapa lagi.
“ iya sama-sama “ Jawabku “ BTW, kamu
kok nyebarin undangannya nggak sama calonmu ? “ tanyaku
“ dia masih dibandung sal, ngurusin
wisuda “
“ oh gitu “
Aku tidak tau
seperti apa Elhan selama 5 tahun terakhir, tapi aku tetap yakin wanita yang
sekarang namanya tertulis diundangan ini pastilah wanita yang beruntung. Sangat
beruntung mendapatkan calon suami seperti El. Karena yang aku tau, El itu bukan
Cuma ganteng tapi dia juga baik, pintar, rajin dan soleh. Aku aja dulu bisa deket sama
dia. padahal kata teman-temanku (yang tega-teganya jujur) kalau dilihat-lihat
aku ini sangat tidak cocok dengan El. Tapi El menemaniku kemana pun aku pergi,
mengajariku dengan sabar, berusaha melindungiku dan membuatku tetap aman. Jujur
saja selama ini aku masih menunggunya. Berharap dia menelponku, atau muncul
dihadapanku seperti beberapa malam yang lalu dan kami bisa dekat lagi seperti
dulu. Aku memang tidak pernah mengatakannya tapi kurasa selama ini aku
mencintainya. Dan sekarang semua cinta dan penantianku ternyata sia-sia. Ahh
sudahlah, mau apalagi kalau nyatanya aku memang tidak berjodoh dengannya ? kata
orang, cinta yang sesungguhnya itu bahagia jika melihat orang dicintai bahagia,
meskipun dengan orang lain. Apa aku akan bisa seperti itu ? apa orang egois
seperti aku akan tahan melihat kebahagiaan yang kupikir seharusnya itu milikku
? entahlah ! aku merasa buruk setelah
pertemuan-pertemuan itu, aku menyesal kenapa harus bertemu lagi dengannya.
menyesal kenapa masih menyimpan perasaan ini untuknya selama ini.
“ melaaamun aja kerjaanmu beberapa
hari ini ! kamu kenapa sih sal ? “ tanya Joko malam itu. saat itu sudah
mendekati jam pulang.
“aku ? emang aku kenapa Jok ? “
tanyaku lemas
“ kok kenapa ? sal, kamu nggak sadar
ya.. akhir-akhir ini kamu tuh aneh tau nggak ? “ aku menggeleng lemah “ kemaren
kamu salah masukin sabun mandi ke rak makanan ringan terus salah ngasih
kembalian, kemarennya lagi sendalmu ketuker sama sendal pak Irawan, ada anak
keci beli es krim kamu jepit tangannya, terus tadi kamu makan siang nasinya
tumpah kemana-mana, kamu tuh ada masalah apa sih sal ? “
“ aku nggak tau Jok.. “ jawabku pelan,
wajahku rasanya panas dan mungkin saja merah padam sekarang.
“ yaa udahlah ayo kita pulang, ayo
keluar.. aku mau kunci pintunya ! “ ajak Joko.
Aku mengambil tas
ku lalu keluar dan menunggu Joko mengunci pintu. Baru aja aku mau jalan ke
motorku, ada seseorang memanggil namaku dari arah depan. aku yang lagi hobi
jalan nunduk pun langsung mendongak pas denger suara itu (tapi kemudian nyesel).
Elhan bergandengan dengan seorang cewek tengah berjalan ke arahku. Aku
mendengar Joko pamit tapi aku diam saja dan Cuma bengong menyambut dua orang
yang tengah berbahagia.
“aku kebetulan lewat sini, pas banget
kamu keluar. Mau pulang ya ? “ tanya El
“i-iya.. udah malem “
“ sal, kenalin ini calon isteri aku.. sayang
ini temen aku yang bantuin aku nyebarin undangan itu “ El memperkenalkan aku
dan calon isterinya
“ Dita ! “
“ Salwa ! “
“ makasih atas bantuannya kemarin,
jangan lupa dateng minggu depan ya “ gadis itu sangat cantik, sangat berkarisma
dan murah senyum. Dia lah gadis yang beruntung itu. dialah gadis yang akan
memiliki El selamanya. Karena dia lah tidak seharusnya aku berada disisi El.
Karena El tercipta untuk gadis seperti dia bukan seperti aku. mereka berpamitan
pergi duluan. El menggandeng calon isterinya itu dengan mesra. Membuka kan
pintu mobil untuknya, dia memperlakukannya dengan baik. Yah ! dulu dia juga
memperlakukan aku dengan baik, sebagai teman dekat. Mereka melambai padaku dan
aku menguatkan diriku untuk membalasnya. Aku menarik nafas dalam-dalam dan
mencoba menguasai diriku. Rasanya hatiku jauh lebih sakit berkali lipat
dibanding kemarin setelah aku bertemu langsung dengan Dita. Rasanya ini lah
sakit yang sesungguhnya. Kesadaranku yang sesungguhnya bahwa gadis itu nyata,
dialah calon pendamping hidup El, pujaan hati El dan mereka akan menikah minggu
depan. Dan aku tidak ingin datang. Aku tidak akan datang ke pesta mereka karena
terlalu sakit. Bagaimana ini ? pertemuan seperti ini saja sudah membuat air
mataku jatuh sangat deras. Mungkin sebaiknya aku pulang dan berpikir lagi
apakah harus datang atau tidak. Aku mengelap wajahku dengan telapak tangan.
Meskipun tubuhku rasanya kaku dan lemas tapi aku tetap berusaha bergerak. Aku
berbalik untuk mengambil motorku dan jantungku nyaris copot saking terkejutnya.
Yugo berdiri dihadapanku. Entah berapa lama dia disana, mungkin mengawasiku.
Tadi aku sempat terisak, apa dia tau aku menangis ? Yugo diam menatapku, lalu
berjalan kearahku memelukku. Tentu saja aku kaget, mendapat perlakuan seperti
ini tiba-tiba.
“ Yugo “
“ lepasin aja sal, menangislah. Aku
nggak tau apa yang terjadi tapi menangis yang keras bisa sedikit melegakan
pikiranmu “ kata Yugo kemudian. Seharusnya Yugo tidak usah mengatakan itu
karena sekarang aku jadi menangis lagi. Bahkan lebih parah dari tangisku yang
tadi. Yugo menepuk-nepuk punggungku dan memegangi aku agar tidak tersungkur
ketanah karena sekarang aku menangis sampai tubuhku yang lemas ini
berguncang-guncang.
Setelah tenang Yugo mengajakku duduk
di kursi panjang yang kalo siang punya tukang es tebu disamping parkiran toko.
Aku duduk disana, merasa malu dan sakit sekaligus. Yugo duduk disampingku, tangannya
merangkul bahuku. Aku sudah berhenti menangis tapi rasanya lebih baik aku tadi
tidak menangis, atau menangis saja sampai pingsan karena sekarang aku malu sama
Yugo.
“ maaf ya go’.. kamu jadi ngeliat aku
nangis begitu tadi. Ya ampun aku malu banget “ ujarku bodoh. Yugo tertawa pelan
disampingku.
“ kayaknya aku cocok jadi petugas
penanggulangan bencana ya, aku bisa mengatasi banjir “ ujarnya. Aku meninju
lengannya, terlalu malu untuk menjawab.
“ udahlah , nggak usah malu. Kita kan
udah kenal lama juga. Udah bukan orang baru lagi, ngapain harus malu ? “ kata
Yugo
“ iya sih, tapi aku selama ini kan nggak
pernah nangis didepan kamu. Aku ini kan wanita kuat selama ini “
“ kamu nggak perlu menutupi kelemahan
kamu didepan aku. kamu nggak perlu pura-pura kuat lagi mulai sekarang. Lepasin
semuanya sal, biar kamu lega “ wah tumben banget nih anak ngomongnya bener.
“ aku nggak apa-apa kok walau pun kamu
nangis sambil guling-guling didepan aku “ ujarnya
“iya kamu nggak apa-apa, tapi akunya
kayak orang gila “ ujarku, mendapatkan
kembali kata-kataku. Yugo tertawa, ada yang berbeda dengan tawanya. Aku adalah
orang yang sering mendengarnya tertawa selama ini, tapi baru kali ini aku
mendengar tawa yang berbeda darinya. Seperti ada sesuatu yang kurang. Kesannya
dibuat-buat.
“ kamu nggak apa-apa kan ? “ tanyaku.
Yugo berhenti tertawa.
“ aku ? “
“ ada yang beda dari tawa kamu go’ “
“ aku nggak apa-apa, kan kamu yang
lagi sedih “ katanya
“ Yugo, kita udah lama sama-sama
seperti yang kamu bilang. Aku tau ada yang beda dari kamu, ada apa ? “ wajah
Yugo serius lagi, menunduk lalu tersenyum sambil menggeleng.
“ aku baik-baik aja kok “
“ kamu selalu begitu sama aku, kamu
menutupi semuanya dari aku. aku tau selama ini kamu berantem gara-gara cewek
tapi bahkan kamu nggak pernah cerita sama aku tentang cewek yang kamu sukai”
protesku. Yugo diam saja.
“Yugo “.. dia tetap diam dan kelihatan
salah tingkah. Kenapa sih makhluk ceking ini ? apa dia patah hati juga ? kalau
iya berarti persahabatan kami selama ini memang takdir dong.
“ mungkin udah saatnya kamu tau
semuanya sal.. “ kata Yugo kemudian. Nah ! kayaknya dia mau mengakui apa aja
yang dia sembunyiin dari aku selama ini. Tentang ceweknya itu, mungkin akhirnya
dia mau jujur. Aku pura-pura ngga tau aja deh kalo aku pernah liat ceweknya
yang didepan toko roti itu.
“ lepasin semuanya biar kamu lega “
aku mengkopikata-katanya. Yugo menarik nafas panjang ( ya elah, mau cerita aja kayak
mau lahiran).
“ iyaa aku emang mau cerita sama kamu,
Cuma waktunya aja yang nggak tepat selama ini. Aku memang suka sama seorang
cewek, aku sayang sama dia. udah lama sih tapi rasa sayang itu nggak pernah
hilang. Walaupun selama ini aku terkenal suka gombalin cewek, suka deketin
beberapa cewek tapi jauh dihati aku Cuma ada satu cewek “
“ kamu udah nembak dia ? “ tanyaku
“ belum sal, nembak cewek dengan
perasaan yang biasa-biasa aja lebih mudah daripada nembak cewek yang
bener-bener dicintai” kata Yugo serius. Seingatku Belum pernah kami ngobrol
seserius ini.
“ kamu takut ditolak ? ” tanyaku
“ aku takut dia menjauh kalo dia tau
perasaan aku yang sebenernya, aku selalu pengen deket terus sama dia. kalau dia
menjauh aku bisa apa ? “
“ cewek itu-
“ namanya Salwa “ Yugo memotong
ucapanku. Deg ! apa-apaan nih ? kok namanya sama kayak aku sih ? nggak ada nama
yang laen apa ? kenapa Yugo dikelilingi orang-orang dengan nama yang sama.
“ namanya kok-
“ cewek itu kamu Sal “
“ hah ?
“ selama ini aku suka sama kamu Sal “
“ bisa aja ceking ! “ tawaku
“ aku serius sal, aku udah mikirin ini
lama. Aku udah berusaha bilang ini selama ini tapi aku gagal terus. Dan
sekarang, setelah aku terlanjur serius aku mau kamu tau kalau sayang sama kamu
“
Aku terdiam. Shock
dengan pernyataan nya ini. Sangat berharap dia meledak tertawa dan berseru
“April Mop ! “ tapi itu tak terjadi , lagi pula ini bukan April ini Juli. Yugo
masih menunduk menatapku tapi aku tak berani melihatnya. Apa yang terjadi sih ?
kenapa Yugo begini ? jangan-jangan dia salah makan ! aku harus jawab apa ? aku
jadi bingung dan mau nangis lagi sekarang.
“ aku pulang duluan ya “ ujarku
berdiri dan melangkah menuju motorku
“ Salwa ! “ panggilnya, aku berhenti
untuk melihatnya “hati-hati “ ujarnya. Aku mengangguk dan mulai melajukan
motorku. Dijalan, aku tidak tahan untuk tidak menangis lagi. Jujur saja aku
tidak tau bagaimana perasaanku terhadap Yugo selama ini. Kadang aku rindu kalau
terlalu lama tidak melihatnya, kadang aku marah untuk sesuatu yang tidak dia
mengerti, aku selalu merasa nyaman didekatnya, dan terakhir kali aku bersikap
seperti pacar yang sedang cemburu. tapi aku tidak tau apa arti perasaan itu
sebenernya. Karena perasaanku terhadapnya tumpang tindih dengan perasaanku
terhadap El. Tadinya aku pikir aku mencintai El, tapi setelah mendengar Yugo
aku bingung apakah aku mencintainya juga ? kenapa ada sesuatu yang bersorak
senang diantara rasa bingung dan hampa dihatiku sekarang ?
Aku mengisolasi
hidupku dari Yugo lagi setelah kejadian itu. aku jadi merasa buruk karena sudah
memaksa nya mengungkapkan perasaan. Mungkin lebih baik kalau dia tetap
menyimpannya sampai aku benar-benar tau harus bilang apa.
Drrrt Drrrt !
ponsel ku bergetar saat aku baru merebahkan diri di kasur malam itu. foto Yugo
berkedip-kedip di ponselku. Yugo menelpon, tapi aku terlalu bingung untuk
menjawabnya. Bagaimana ini ? bagaimana kalau Yugo mengulangi kata-katanya waktu
itu dan memintaku jadi pacarnya ? aku harus jawab apa ? perasaanku sendiri
belum jelas sekarang, apa aku punya perasaan yang sama atau tidak ! tapi ada
perasaan senang terbesit dihatiku kalau aku memikirkan dia. dan aku semakin
sering memikirkan dia setelah malam itu.
Drrrt Drrrt !
ponselku bergetar lagi. Dan lagi. Dan lagi. Dan lagi. Dan lagi.
Aku terbangun dan
mendapati diriku ketiduran selama 2 jam sambil mikirin Yugo. Kuperiksa
ponselku, 32 panggilan tak terjawab. Yugo ! kenapa tiba-tiba hatiku terasa
sakit ? apa yang aku lakukan ? kenapa aku menghindarinya ? kenapa aku
meninggalkan dia setelah dia menenangkan aku ? Yugo ! bagaimana perasaannya
sekarang ? aku menelponnya tapi tidak diangkat. Apa sekarang dia marah padaku ?
apa sekarang dia memutuskan untuk menghindariku juga ? bagaimana kalau terjadi
apa-apa dengannya ? dia menelponku sebanyak itu, apa mungkin karena ada hal
lain yang terjadi ? bukan karena dia ingin mengatakan hal yang sama seperti
malam itu.
Aku tidak tau
kenapa, tapi aku pikir aku harus mencari Yugo sekarang. Aku harus memastikan
semuanya baik-baik saja. Aku meraih jaketku dan keluar rumah tanpa
sepengetahuan semua orang. Berjalan ditrotoar yang remang-remang tertimpa
cahaya lampu jalan yang agak jauh. Aku tadi melihat yugo nongkrong di salah
satu warung didekat gang waktu pulang kerja tadi. Biasanya dia pulang tengah
malam. sekarang baru jam 10.45, kalo semuanya baik-baik saja seharusnya dia
masih ada disana. tapi sepertinya aku takkan pernah sampai ke tempat
nongkrongnya, karena seseorang muncul dari gang didepanku sekarang. Kurus,
tinggi menjulang, berdiri diujung gang, menatapku. Aku ingin pulang tapi aku
tidak mau pulang. Aku ingin berbalik tapi tubuhku tidak mau berbalik. Yugo
berdiri beberapa meter didepanku. Wajahnya kelihatan sedih dan kacau.
“ hai “ ujarnya. Entahlah , tapi aku
sudah berlari kearahnya sekarang dan memeluknya. Aku tidak tau harus bagaimana,
aku hanya ingin membuat dia tenang. Seperti dia membuat aku tenang. Aku tidak
peduli lagi dengan perasaanku. Tidak penting lagi sekarang.
“ aku mencintaimu “ bisiknya. Aku
mengangguk tanpa mengatakan apapun. Tapi sesuatu mendorongku, kata-kata yang
belum aku akui sebelum saat ini.
“ aku juga “ ujarku kemudian
***
Aku terlalu sibuk memikirkan Yugo
sampai aku lupa kalau aku belum beli hadiah pernikahan untuk El dan Dita. Aku
sudah memutuskan sekarang. El adalah masa lalu yang takkan bisa aku raih. Aku
akan menguburnya dalam-dalam dihatiku, sebagai masa lalu dan penantian yang
gagal. Lagipula ada Yugo disisiku sekarang.
“ cepetan donk, aku udah keringetan
lagi nih “ seru Yugo , hari ini kami akan menghadiri pesta pernikahan El dan
Dita. Yugo sudah menungguku diruang tamu sejak sekitar satu jam yang lalu.
“ iya iya sabar, bajuku miring nih ! “
jawabku dari dalam.
“ jangan lama-lama donk, nanti
keretanya berangkat! “... kereta apaan ? kita kan naik motor. Aku buru-buru
keluar setelah yakin semuanya pas dan siap.
“ wow ! “ ujarnya membuatku tersipu “ bingkai
foto kak Oji baru tuh kayaknya ? bagus juga, beli dimana ya ? “..... dan aku
meralat kata tersipu menjadi tersapu.
Walau pun dia
pacarku sekarang, dia tetap Yugo. Dialah yang akan menggenggam tanganku mulai
sekarang, yang akan melindungiku dan memastikan aku selalu aman. Dialah yang
sekarang mencintaiku dengan kekonyolannya. Kadang-kadang seperti mimpi, kalau
makhluk ceking sok ganteng itu sekarang pacarku.
(The END)
(ini adalah cerita fiktif. Nama, tempat,
kejadian dan semua hal yang terjadi didalam cerita tidak nyata dan hanyalah
khayalan penulis)
By : Dwi Pangestuti
Facebook
: Dwie Junki Foyton
Twitter : @Squidynim
Istagram : @ kwen_chana
Terima kasih sudah membaca !
Tidak ada komentar:
Posting Komentar