Sabtu, 07 Mei 2016

CERPEN : LOVE AND SANITY



Cerpen : Love and Sanity
Tak banyak yg tau. Terutama orang2 yg lalu lalang ditrotoar yg penuh debu dan kerikil. Bahwa Didalam rumah bertingkat 2 yg sering mereka lewati itu. Seorang gadis berusia kira2 25tahun tengah mengamati mereka dibalik jendela kaca bertrali besi yg dingin dilantai 2. Gadis itu berambut panjang terurai bebas. Wajahnya pucat kekurangan matahari, matanya kosong dan wajahnya sedih. Sebenarnya dia gadis yg lumayan cantik, hanya saja aura kecantikannya perlahan memudar seiring perkembangan jiwanya yg semakin mundur.
"Miley . . " lelaki berusia kira2 50an memasuki kamar dg terlebih dulu membuka grendel pintu yg memberi tahukan kedatangannya dan memberikan sapaan manis pada putrinya. Yg diajak bicara hanya berdiri mematung memandangi jalanan seakan menunggu seseorang.
"Miley . . " laki2 itu sudah berdiri disamping anaknya , membelai rambut panjangnya dan menyisirnya dengan jarinya yg panjang. Gadis itu diam saja seakan tak ada siapa2 dikamar itu . Dan tatapannya masih kosong. Hati sang ayah perih, tangannya masih membelai kepala putrinya sementara hatinya sakit bukan main.
"Malik . . "tiba2 Miley berbisik dan wajahnya semakin memancarkan kesedihan. Tangannya mencengkeram erat besi2 trali yg dingin dan menempelkan wajahnya ke besi itu.
"maafkan ayah nak . . "tangis ayahnya.
"ayah tidak bisa memenuhi keinginanmu . . "desah sang ayah yg diam2 menyesali anaknya hanya mengingat satu nama sejak dia kehilangan kewarasan dan dia tau semua sudah terlambat. Keadaan bisa saja tidak seperti ini jika dulu bertahun2 yg lalu cerita yg terjadi berbeda. Yah !

4 TAHUN YANG LALU . .
Seisi rumah keluarga Mukti bergetar. Pak Mukti berdiri berkacak pinggang didepan anak gadisnya yg sesenggukan menangis mengharap belas kasihan sang ayah. Di balik pintu dapur, wanita paruh baya pembantu keluarga itu berdiri gemetar dan sama sesenggukannya seperti nyonya mudanya.
"Ayah tidak mau tau alasanmu, ayah tidak akan pernah menyetujui kalo kamu tetap berhubungan dengan laki2 setan itu . . " bentak pak mukti
"Malik bukan setan yah, ayah tau itu . . "
"Terserah apa katamu Miley , pokoknya ayah tidak mau kamu berhubungan lagi sama dia . . Awas kalo berani lawan ayah lagi, kamu akan tau akibatnya"
Miley bangkit dari duduknya dan berlari meninggalkan ayahnya yg masih marah, masuk kedalam kamar dan menangis lagi.
Ini sudah sekian kalinya terjadi. Pak mukti agaknya sudah berkali2 memperingatkan anaknya untuk menjauhi pemuda yg ia benci. Tapi miley tak pernah mempedulikannya. Ia tetap mencintainya. Memujanya lebih dari dia memuja tuhannya. Tak pernah peduli sedikit pun dengan apa yg ayahnya katakan. Miley pernah dikurung 3hari dalam kamarnya. Makan dan minumnnya diantar oleh pembantu dan dia tak boleh keluar rumah kecuali ke kamar mandi. Dan selama 3hari miley berusaha tetap berhubungan dengan Malik dengan menitipkan sepucuk surat melalui pembantunya yg mau tak mau menyampaikan surat itu pada Malik karna semua ponsel dan fasilitas internet disita oleh ayahnya. Tapi semakin dia dilarang, semakin keras ia melawan. Dia selalu diam2 ketemuan dengan Malik ditempat yg berbeda2. Membicarakan bagaimana dan apa yg harus mereka lakukan.
"kamu baik2 aja kan ?"tanya Malik khawatir melihat kesedihan diwajah kekasihnya .Mereka bertemu ditepi danau.
"Entahlah . . "jawab miley nyaris menangis dibahu malik. Rambut panjangnya terurai bebas tertiup angin. Malik bisa mencium aroma shampo yg diterbangkan rambutnya.
"gimana kabar ayahmu ?"Malik memulai lagi
"baik, aku rasa . . "jawab miley dingin.
"kalian ribut lagi . . ?" itu jelas bukan pertanyaan. Tak ada kejadian yg lebih menggetarkan setelah pertemuan mereka selain pertengkaran miley vs pak mukti. Hhh !
"udah aku usahain tapi dia ngga pernah mau ngalah . . Dia terus menyudutkan aku . . "cerita miley, seakan tidak sedang membicarakan ayahnya.
"tapi dia ayahmu sayang, " malik berkata sambil menyelipkan sejumput rambut miley yg beterbangan diwajah ke belakang telinga miley.
Miley mengangkat kepalanya dan menatap malik. "dengar malik, tak ada yg bisa memisahkan kita , sekalipun dia ayahku "miley berkata dg serius. Senyum ringan mengembang diwajah malik, membentuk garis lengkung memanjang di pipinya. Miley menjatuhkan lagi kepalanya dibahu malik. Mereka diam menikmati angin, menikmati saat2 yg tenang, meski apa pun bisa saja terjadi. Bisa saja ada beberapa orang yg sedang mengawasi mereka dari semak2 dibelakang kursi mereka, siap menangkap malik dan menenggelamkannya didanau dekat mereka. Tapi sampai mereka berjalan menjauhi danau , keadaan masih baik2 saja. Mereka bergandengan menyusuri jalan Semakin jauh meninggalkan danau. Mereka berpisah di persimpangan jalan .
"kita akan ketemu lagi . . Nanti aku kirim pesan sama bibik "ujar malik
" Kutunggu kabarmu"jawab miley.
"I love you miley . . "ujar malik mengisyaratkan miley untuk jalan lagi.
"yah . . I love you too . . "kemudian melambai dan melangkah pergi.
Malik menatapnya sampai miley berbelok masuk gang memastikannya aman. Dilihatnya sesekali miley menoleh.
"bagus sekali miley . . Darimana kamu ? Anak perempuan kerjaannya keluyuran "pak mukti sudah siap ngamuk lagi. Dia memang tengah duduk santai sambil ngopi diruang tamunya sore itu. Tapi wajahnya tegang seakan pejuang siap perang.
"cuma jalan2 sebentar yah . . Miley bosan . . "
"bohong !"bentak ayahnya membuat miley kaget setengah mati. "kamu ketemuan sama atheis itu kan ?". Miley diam saja. Tak ada gunanya melawan. Karna ayahnya memang benar adanya.
" jangan bodoh miley, . Sudah berkali2 ayah katakan, ayah tidak suka kamu masih berhubungan dengann anak itu. . Dia itu tidak akan membawamu ke jalan yg benar. Dia sendiri tidak percaya tuhan . . Mau jadi apa hidup mu miley . . Jangan menambah dosa dan membuat tuhan marah, ayah begini karna ayah tidak mau kamu terjerumus ke jalan yg salah "omel pak Mukti panjang lebar.
Miley diam, menangis. Tak tau harus berbuat apa. Ayahnya benar. Selama ini malik memang tak pernah percaya tuhan. Ia menjadi Atheis, tak mau kenal agama lagi dan malik menolak membicarakannya . Entah akan jadi apa hidupnya tanpa campur tangan tuhan.
"Miley akan bicara sama malik yah . ."isak miley pelan. Ayahnya diam membeku dalam amarah, tak mau menoleh sedikit pun pada putri semata wayangnya. Gemetar, miley mencoba mendekat pada ayahnya. "Tolong beri Malik kesempatan ayah . . Miley akan bicara sama malik "isak miley lagi .
"tidak perlu, kamu tidak perlu bicara apa2 sama dia, biar ayah saja yg bicara dengannya agar cepat2 menjauhimu. ."
"ayah tega . . "miley tak tahan lagi. Ia berlari ke kamarnya diatas. Menangis sampai tertidur. Besoknya miley dikurung sampai beberapa hari. Tak boleh keluar kecuali ke kamar mandi dan dia selalu diawasi. Sementara si pembantu yg biasa menyampaikan surat2 yg dititipkan Malik di pasar tidak pernah membawa kabar apa2. Sudah seminggu, dan malik belum juga kirim kabar. Miley semakin tak sabar. Ingin rasanya dia kabur dan mencari malik. Pikirannya mendebat, memaksanya mempertahankan perasaannya dan pergi mencari malik lalu kabur atau bagaimana yg penting bisa bersama Malik dan pikiran lainnya menentang, mengancam nya dengan kata2 durhaka dan besarnya dosa seorang Atheis. "Dosa Miley . . Dosa "teriak pikirannya sendiri. Miley semakin tak tahan, pikiran dan hatinya terus2an berdebat. Sementara Malik belum juga memberi kabar. Setiap hari miley hanya berdiri didepan jendela. Berharap bisa mendengar suara malik, bicara padanya atau melihat wajahnya dibalik langit malam.
"Ada surat bik ?"tanya miley semangat pas si pembantu masuk kamarnya sepulang dari pasar.
"maaf , nggak ada non . . "
senyum diwajah Miley langsung lenyap. Hatinya sakit sekali. Apa ayahnya sudah bertemu malik ? Dan Sekarang Malik benar2 meninggalkannya ? Miley tak bisa menahan air matanya lagi. Ia tak peduli menangis di depan pembantunya yg sepertinya ingin menyampaikan sesuatu. "ada berita apa bik?"tanya miley kemudian.
"tentang malik non, "
"malik ? Dia menyampaikan pesan ?"miley buru2 menghapus air matanya.
"bukan, tapi sepupunya . . Indah. Menurut indah . . Malik . . -"
"malik kenapa ? "
"malik sudah meninggal . . Dia dipukuli sampai tewas seminggu yg lalu"
Mendadak semua gelap dimata miley. Telinganya berdengung. Hatinya sakit seperti tertimpa reruntuhan tembok berlin.dan Ia tak sadarkan diri. Sejak saat itulah ingatan Miley terganggu. Kewarasannya mulai dipertanyakan. Ia sering menyebut2 nama malik dan sering tidak mengenali ayahnya sendiri. Miley juga sering mengamuk dan membanting barang2 dikamarnya, saat dia berusaha bicara pada langit dan udara kosong dan tak pernah mendapat jawaban . Bertahun2 miley dikurung didalam kamarnya dilantai atas yg hanya ada satu tempat tidur karna semua barangnya sudah dipindahkan. Setiap hari dia berdiri didepan jendela kaca. Mencengkeram trali besinya , memandang orang2 yg lalu lalang dibawahnya. Mencari sesuatu yg hilang. Sesuatu yg tidak pernah ia temukan dalam sadar atau pun tidak. Bukan hanya kehilangan orang yg dicintainya. Kini Miley kehilangan Kewarasannya.
(the end)

(Dwie Pangestuti)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar