Tesan.
Apa seseorang akan menjadi lebih baik setelah
dia jatuh cinta ? apa benar yang orang-orang katakan ? kalau cinta bisa merubah
segalanya ! apa itu benar ? ada banyak penyataan tentang cinta yang pernah ia
dengar dari semua orang. Cinta itu buta, cinta itu rumit, cinta itu anugerah,
cinta itu penyatuan dua perasaan dari dua insan yang berbeda, cinta itu
segalanya tentang kesedihan dan kebahagiaan, cinta itu ini dan itu dan
macam-macam dan seperti itu seterusnya. Tapi hanya satu yang ia pelajari tentang
cinta dari orang-orang yang hidup bersamanya selama lebih dari 16 tahun. Bahwa
cinta itu kesakitan yang tak terucap. Cinta yang dia kenali tidak buta, tapi
dia berpura-pura tidak melihat kesalahan yang terjadi. Cinta yang dia kenali
tidak lumpuh, tapi dia berpura-pura tidak merasakan sakitnya tertusuk pisau
dikakinya. Cinta yang dia kenali bukan penyatuan perasaan dua insan, tapi hanya
ada satu perasaan paling besar yang pernah ia tau. Perasaan yang teramat besar
sampai bisa menutupi dan membuatnya berpura-pura kalau dia tidak terluka !
itulah cinta yang dia tau. Itulah cinta yang dia kenali selama ini. betapa
bodohnya menjadi orang yang jatuh kedalam perangkap cinta. Terlebih jika harus
menumbuhkan cinta itu sendirian sementara ada orang lain bersamanya. Bukankah
lebih mudah untuk pergi dan mencari hal lain ? bukankah membosankan
membuang-buang waktu untuk hal-hal yang tidak pernah sama sekali menghargai
usahanya ? tapi mungkin itulah cinta ! hal yang tak pernah ingin ia sentuh dan
ia kenali lebih jauh. Cinta itu terlalu menyakitkan untuk didekati. Ia bahkan
tak pernah bermimpi untuk memulainya.
Nit-nit nit-nit nit-nit nit-nit.....
Satu-satunya
hal yang paling ia benci dipagi buta adalah suara jam beker di samping tempat
tidurnya. Ia tidak tau bagaimana caranya jam-jam itu bisa kembali kekamarnya
dan mengganggunya setiap pukul setengah 6 pagi. Bukankah ia sudah memusnahkan
satu jam beker setiap paginya ? yang terakhir kemarin dia sudah membuang yang
motif Angry Bird ke kantong sampah tetangga sambil berjalan pergi kesekolah.
Tapi pagi ini sudah ada jam yang lain lagi. Sebenarnya ia ingin membanting jam
beker plastiknya yang baru ini. tapi dia tak tega melakukannya. Melihat warna
kuning cerahnya, ini mungkin milik ibunya. Ia tak akan tega melakukan sesuatu
yang melukai hati ibunya. Walaupun ibunya pasti akan tetap memilihnya dari pada
jam beker kuning cerah itu. tapi tetap saja, dia tidak bisa melakukannya.
Setelah
menekan tombol off pada alarmnya, dia meraih handuk dan pergi keluar kamar.
Suasana diluar masih setengah gelap. Matahari masih belum bangun sepenuhnya.
Terbukti dari ruang tamu dan kamarnya yang dibiarkan gelap, hanya cahaya redup
dan remang-remang yang menyinari ruangan itu melalui ventilasi jendela. Dia
menarik semua tirai yang menutupi kaca-kaca jendela ruang tamu dan membuka
bingkainya lebar-lebar. Udara dingin masuk menerpa tubuhnya. Sepertinya itu
memberi tahunya kalau masih terlalu dingin untuk mandi. Karena dia melemparkan
handuknya sembarangan ke sofa dan mulai membuka semua jendela dan pintu-pintu
dirumah itu.
“ Tesan ! kenapa kau membuka semua pintu
dan jendela ? ini masih terlalu gelap, nak. Nanti Nyamuk-nyamuk bisa masuk. Kau
tau kan nyamuk-nyamuk Aides Agaepti berkeliaran dipagi buta seperti ini ! ”
ujar ibunya dari dapur.
“ Tenang saja ma, tidak akan ada nyamuk
yang berani masuk. Aku akan menghadang mereka semua “ jawabnya sambil
menghampiri ibunya.
“ kau pikir nyamuk-nyamuk itu takut
padamu ? “ ibunya bertanya tanpa mengalihkan pandangan dari potongan-potongan
tipis wortel ditangannya.
“ tidak juga ! tapi mereka takut dengan
ini “ jawabnya mantap. Ibunya mendongak penasaran. Tesan mengacungkan raket
nyamuk dan kemudian memeganginya dengan kedua tangan seolah-olah dia adalah
atlit Tenis berbakat. Ibunya tak bisa menahan tawa. Dia mengayunkan raketnya
disekitar dapur dengan gaya antara pemain tenis dan pemain pedang berbakat. Tas
tas tas tas tas tas ! suara-suara letusan kecil dan percikan cahaya putih
kuning menebarkan bau terbakar yang menyengat.
“ sudah hentikan ! kau akan membuatku
memasak capcay nyamuk kalau begini “ ujar ibunya
“ apa itu enak ? “
“ apa kau mau mencicipinya ? kalau begitu
teruskan saja. Mama akan memberimu hadiah kalau kau sanggup menghabiskan
sepiring capcay nyamuk pagi ini “ kata ibunya
“ oh tidak, terima kasih nyonya !
silahkan melanjutkan acara masak yang ditayangkan eksklusif ini. aku akan
menjadi juru kamera kalau begitu ! “ Tesan meraih termos kosong dimeja dan
mengangkatnya didepan mata kanannya, seolah-olah itu kamera.
“ ditayangkan dimana ini ? “ tanya ibunya
“ Tv negara tetangga “ jawabnya
“ kenapa ? “
“ karena orang-orang di negeri tetangga
tidak mengenali kita. Mereka akan menonton tanpa tau siapa mama “
“ lalu dinegeri ini ? “
“ aku lahir dan hidup, bersekolah dan
berkeliaran sebagai anak negeri ini. lebih dari seratus pasang mata pernah
melihatku tinggal disini. Mereka yang tau siapa aku, siapa ayahku, siapa kita,
aku tidak suka dengan cara orang-orang melihat kita “ ujarnya tanpa sadar
menurunkan termosnya terlalu keras dan hampir menjatuhkannya.
Tapi
termos itu tidak penting lagi sekarang. Karena ibunya telah melepaskan pisaunya
dan sedang memeluknya sekarang. Tesan tau, dia sudah sangat keterlaluan sepagi
ini sampai dia harus menerima tepukan dipunggungnya. Ia tau harusnya ia tak
terhanyut dalam leluconnya sendiri. Harusnya ia tidak mengatakan hal-hal
sensitif seperti ini. karena sekarang ibunya mulai menangis dibelakang
telinganya.
“ jangan menyakiti dirimu sendiri !
jangan memikirkan hal-hal yang dapat menyakiti hatimu sendiri. Kau seorang
lelaki. Suatu hari nanti kau akan dewasa. Kau bisa belajar dan memahami
segalanya dari hidup yang kita alami. Ambil hikmah dari semua ini. jangan jadi
pendendam. Lelaki sejati tidak menyimpan dendam “ bisik ibunya sambil tetap
memeluknya erat. Ia mengangguk dengan berat hati. Tidak tau apakah ibunya bisa
melihatnya tapi dia hanya mengangguk tanpa mengatakan apapun.
“ mama ! “ katanya kemudian
“ ya, sayang ! ” ibunya melepas
pelukannya
“ jangan mengusap mata dengan tanganmu “
ujar Tesan
“ kenapa ? “
“ tangan mama bau bawang “
“ ahh.. “ Tesan memang benar, tapi ibunya
tetap tak bisa tahan untuk tidak tertawa.
Dengan
jari-jarinya Tesan mengusap wajah ibunya. Menghapus air mata yang membasahi
wajah tuanya. Sebenarnya ia lebih suka wajah itu tanpa air mata. karena wajah
itu selalu dihiasi senyuman menawan sepanjang waktu seumur hidupnya. Jadi air
mata setetespun tak pantas mengalir diwajahnya. Sekalipun Tesan sendiri lah
yang membuat air mata itu menetes kali ini. kesalahannya ! kesedihannya dan
ketidaktahuannya tentang mengungkapkan kata-kata yang membuat ibunya menangis.
Setengah 7 pag, makanan sarapan menunggu
Tesan dimeja makan. ibunya mengaduk susu digelas dan meletakan disalah satu
sisi meja. Tesan keluar dari kamarnya, menenteng tas sekolahnya dibahu. Jaket
dan sepatu di masing-masing tangannya. Kemudian duduk disisi meja yang ada
susunya.
“ sarapan ! makan nasi dan habiskan
susumu ! “ kata ibunya sambil menyendok nasi kedalam piring didepannya.
“ oke ! “
Selesai
makan Tesan mencium ibunya dan bergegas pergi kejalan raya untuk menunggu bis sekolah.
sebentar lagi jam 7, waktunya bisa tepat kalau dia berlari dari dalam gang ini
kejalan raya. Jadi dia setengah berlari menuju jalan raya dan mendapati
segerombolan anak SMA satu sekolahnya yang tinggal didaerah itu sedang menunggu
di halte bis. Ia segera bergabung dengan mereka. Hal yang dulu sangat sulit
dilakukan. Sebenarnya Ia tidak pernah suka bergabung dalam gerombolan anak-anak
seperti ini. apalagi, anak-anak dilingkungan sekitar rumahnya. Dia tidak nyaman
berada disekitar orang-orang yang mengetahui latar belakangnya. Kalau dia bisa
mengubah wajah sesuka hatinya, ia akan melakukannya. Ia akan memakai wajah
siapa saja asal jangan wajahnya sendiri. Tapi sekarang sepertinya tidak
apa-apa, karena semua anak mengabaikannya.
“ Tesan ! “ seorang gadis menyebut
namanya dan melambai padanya diantara anak-anak lain diujung gerombolan. Tesan
buru-buru melihat ke arah lain. Gadis itu jelas melambai padanya dan menyebut
namanya, tapi Tesan pura-pura dia tidak mendengar dan melihat apapun. Keinginannya
untuk tidak terlihat oleh siapapun dipatahkan oleh gadis itu. dari sekian
banyak orang yang mengabaikannya, gadis itu satu-satunya yang menganggap dia
kasat mata. dan dia tidak menyukai itu. dia lebih suka mereka mengabaikannya. Dia
tidak suka banyak bicara dengan orang-orang disekitar rumahnya. Orang-orang
yang mengetahui latar belakang keluarganya.
“ dia memanggilmu lagi, kakak itu ? “
tanya Jason, teman sebangkunya saat dia menceritakan kekesalannya.
Jason,
adalah pengecualian diantara anak-anak lain disekolah atau bahkan diseluruh
tempat dimana orang-orang mengenalnya. Dia tidak pernah bertanya seperti apa
keluarganya, meskipun ia yakin Jason mengetahui semuanya dari orang lain. Tapi
dia lega, Jason tidak pernah menanyakan apa-apa tentang keluarganya. Ia hanya
sibuk menjadi sahabatnya, teman sebangkunya, teman membagi segalanya. Mereka
sudah berteman sejak sama-sama menjadi murid baru disekolah. Kepribadian Tesan
yang menutup diri dari siapapun membuatnya tidak memiliki teman sebangku dihari
pertama sekolah dan Jason yang ketinggalan bis sehingga datang terlambat, tak
ada pilihan lain selain duduk disebelah anak lelaki pendiam dan paling tidak menunjukkan
kepeduliannya. Meskipun mereka melalui jam-jam kelas yang sulit karena tidak
saling bicara selama beberapa minggu sekolah. Toh, akhirnya saat itu datang
juga. Jason memang bukan anak yang ingin tau seperti anak lainya. Dia hanya
memandang sesuatu seperti apa yang ada didepan matanya tanpa ingin tau lebih
lanjut apa yang terjadi. Ia lebih suka menggambari bukunya daripada mencari tau
arti kata “ Experience is the best Teacher “ yang tertulis disampul bukunya. Ia
lebih suka bermain basket ketimbang mengetahui berapa meter luas sebuah
lapangan basket. Dan ia lebih suka Tesan menjadi temannya, tertawa bersamanya
dan membagi jawaban soal ujian dengannya daripada mengetahui lebih lanjut
seperti apa keluarga Tesan sebenarnya. Dan Tesan menyukai cara berfikirnya.
Sikap tidak mau taunya membuat Tesan tidak menarik diri secara alami
terhadapnya. Dan begitulah mereka bisa menjadi teman baik selama setahun lebih.
“ jadi dia memanggilmu lagi, kakak itu ?
“ tanya Jason
“ dia bahkan melambai-lambaikan tangannya
padaku “ ujar Tesan kesal
“ itu karena dia mengenalmu “
“ tapi aku tidak ingin dia mengenalku “
kata Tesan
“ dia tinggal dilingkungan yang sama
denganmu “
“ apa aku pindah saja ? “ tanya Tesan.
Jason mengangkat bahunya.
“ mungkin kau harus pindah ke tempat yang
jauh “ kata Jason kemudian
“ kemana ? “
“ mars ! “
“ mars ? “
“ kudengar dari Tv telah ditemukan
tanda-tanda kehidupan yang mirip bumi di mars, mungkin kau bisa tinggal disana
sementara atau pun semaumu. Kau bisa mendirikan negerimu sendiri. “ ujar Jason
“ Hei, apa artinya negeri kalau aku hanya
sendirian disana ? “ tanya Tesan
“ siapa bilang kau sendirian ? “
“ kau akan ikut ? “ tanya Tesan lagi
“ aku ? hei.. tentu saja aku tidak ikut.
Aku masih banyak urusan disini dan lagipula tidak ada kakak kelas yang
mengincarku, jadi aku aman-aman saja disini. Kau pergilah, hati-hati dijalan.
Sampaikan salamku pada Alien pertama yang kau temui “
“ Alien ? “
“ benar ! “
Tesan
tidak paham dengan pasti seperti apa Alien itu. yang dia tau hanyalah Alien
adalah makhluk penghuni luar angkasa yang wajahnya mirip belalang dengan mulut
tipis. Berwarna hijau dan sangat kurus. Dan mengendarai piring terbang yang
disebut UFO. Ia tidak tau dengan pasti seperti apa sifat Alien-alien itu. yang
jelas baginya, pemikiran pindah ke mars bukan sesuatu yang pantas untuk
dipikirkan. Meskipun ada kemungkinan kehidupan yang lebih baik jika bergaul
dengan makhluk-makhluk luar angkasa itu. tapi dia tau dia tidak akan pernah
menemukan jalan untuk bisa kesana. Itu sungguh mustahil. Jadi sepanjang jam-jam
sekolah hari itu dia memutuskan untuk tidak memikirkan pkanet Mars. Sementara
jason terus menggumamkan kemungkinan-kemungkinan bahwa gadis itu akan
menunggunya di gerbang sekolah.
Jason
benar ! entah kenapa setelah dia selalu menghindarinya, gadis itu tampak lebih
mencolok daripada yang lain bagi Tesan. Dia berdiri disana sendirian. diluar
pagar sekolah sambil memegangi Almamaternya. Disekitarnya, anak-anak lain
bergerombol keluar dari gerbang. Ada yang langsung berjalan kaki, ada yang
mengendarai sepeda motor, ada yang langsung lari-lari kedalam bis sekolah, dan
ada yang masih berdiri disana bersama yang lain menunggu bis jurusan tempat
tinggalnya sampai.
“ bis mu belum datang, aku duluan ya “
ujar Jason
“ ok ! hati-hati “
Tesan
berjalan ke arah berlawanan dengan tempat gadis itu berdiri. Ia mencari tempat
yang lebih sepi dan menyendiri. Sebisa mungkin Tesan tidak menoleh ke arah
gadis itu. dia bahkan berharap gadis itu tidak menyadari dia ada disana.
Gadis
itu, yang Tesan tau namanya Jian. Setahun lebih tua dari Tesan. Disekolah ini,
Jian kakak kelas Tesan. Dia tinggal di gang lain ditempat Tesan tinggal. Setiap
hari selama setahun terakhir, mereka selalu bertemu dalam satu bis sekolah. Jian
sama seperti anak-anak lain. Dia juga suka mengobrol berkelompok dan
kadang-kadang tertawa bersama mereka. Tesan bahkan tak pernah menganggap dia
ada, sama seperti dia menganggap anak-anak lain. Dia hanya masuk, duduk dan
keluar dari bis tanpa mengobrol dengan siapapun kecuali menanggapi
sedikit-sedikit kalau ada yang mengajaknya bicara.
Hari
itu, sama seperti hari yang lain. Tesan masuk kedalam bis saat pulang sekolah
dan duduk diujung kursi belakang sambil memejamkan matanya, pura-pura tidur
agar tidak perlu ngobrol dengan siapapun. Tapi sepertinya suasana sejuk didalam
bis membuatnya benar-benar mengantuk. Tesan tertidur beberapa saat dan ketika
bangun, dia mendapati kepalanya terkulai dibahu seorang gadis. Jian ! gadis itu
tersenyum padanya ketika dia bangun dan menyadarinya.
“ kau sudah bangun ? untunglah !
sebenarnya kita hampir sampai dan aku takut membangunkanmu, tidurmu nyenyak
sekali “ ujar gadis itu.
Hahh
! Tesan tidak tau harus berkata apa. Satu hal yang ia sadari, wajah dan
telinganya pasti merah padam sekarang ini. dia tidak pernah bicara dengan
siapapun disini, dia bahkan tidak mengenal gadis ini. tapi siang ini dia malah
menyandarkan kepalanya di bahu gadis itu sambil tidur nyenyak. Itu memalukan !
“ ma-maaf ! “ ujar Tesan gugup.
“ tak masalah !” jawab gadis itu sambil
tersenyum. Kelihatannya dia memang tidak masalah kalau ada orang paling tidak
peduli menyandarkan kepala dibahunya. Entah dia memang bukan pemarah, entah dia
memang seperti itu (membiarkan siapa saja bersandar dibahunya), entah karena
dia kasihan pada Tesan yang selama ini sendirian. Tesan memutuskan untuk tidak
memikirkan hal yang macam-macam.
“ namamu Tesan, kan ? “ tanya gadis itu.
Tesan mengangguk tanpa menjawab atau pun tersenyum. Secepat mungkin dia ingin
segera sampai dihalte dan pulang kerumahnya agar bisa menghindari gadis ini. sebaik
apapun dia, gadis itu tetap saja orang yang mengenalnya. Dia bahkan tau
namanya, dia pasti juga tau segalanya tentang Tesan. Tentang ayahnya, tentang
ibunya, dan latar belakang keluarga kecilnya. Jadi begitu bis berhenti, Tesan
langsung melarikan diri ke pintu keluar. Setelah hari itu, Tesan merasa dia
benar-benar perlu memakai topeng dan semacamnya karena dia tampaknya tak lagi
tak kasat mata. ada Jian yang setiap hari memanggil namanya dengan akrab.
Melambaikan tangan padanya dan terus-terusan mengajaknya bicara dalam beberapa
kesempatan. Dan itu membuatnya tidak nyaman.
Tesan berjalan cepat ketika bis sekolah
jurusan tempat tinggalnya berhenti tak jauh dari tempatnya duduk. Seperti
biasa, dia memilih tempat duduk yang disudut. Anak-anak lain berebutan masuk
kedalam bis dan mencari tempat duduk masing-masing. Anak-anak yang tidak
mendapat tempat duduk terpaksa berdiri. Tesan tidak terlalu memperhatikan itu. yang
dia tau dia hanya harus duduk diam dan sampai dirumah secepatnya. Dia tidak
peduli tentang apapun. Dia hanya harus sampai dirumah, menelpon ibunya kalau
dia sudah pulang dan makan siang. Itu saja !
“ kau sudah makan siang ? “ tanya ibunya
ditelpon
“ aku baru saja mau mengatakannya, aku
sudah makan siang “ jawabnya
“ baiklah, ibu pulang seperti biasanya. Kerjakan
PR mu “
“ hmm baiklah “
Menjadi
anak rumahan. Sebenarnya itu bukan keinginan Tesan. ia bukan tipe anak yang
betah tinggal seharian dirumah dan mengerjakan PR. Ia lebih suka keluar rumah
untuk melihat-lihat kehidupan. Tapi sejak kecil, ia lebih suka dirumah saja dan
tidak kemana-mana kecuali ke supermarket atau apotik. Ia tidak ingin
menunjukkan diri ditengah-tengah orang-orang yang mengenalinya. Orang-orang
yang tau siapa dia. yaa ! kehidupan memang tak selalu semanis yang diharapkan. Tapi
kenyataan menendangnya dan memaksa dia hidup dalam takdir yang seperti ini.
sudah lama sekali Tesan tak mendengar orang-orang membicarakan ia dan ibunya.
Tapi ingatannya tentang pendapat orang-orang mengenai mereka masih sangat jelas
dipikiran Tesan. dan ia masih terus menghindari topik itu selama
bertahun-tahun. Rumor bahwa Tesan dan ibunya adalah istri dan anak simpanan
sepertinya sekarang memang sudah mereda, tapi Tesan tetap tidak bisa melupakan
ketika teman-teman dan tetangganya menanyakan kebenaran kabar itu. itu bukan
hal yang perlu untuk dibahas. Kehidupannya dan kehidupan orang-orang bagaikan
minyak dalam air sejak saat itu. bagaimanapun juga Tesan belum memaafkan
kata-kata mereka. Karena itulah dia terus menghindari bicara dengan
orang-orang. Dan sejak dia menghindari semua orang, tak ada seorang pun yang
berani bicara dengannya juga. bicara dalam arti mengobrolkan banyak hal omong
kosong dan segalanya seperti teman. Tesan tak punya teman dekat sama sekali
sampai SMA. Sampai dia bertemu Jason dan percaya padanya. Baginya, Jason adalah
harta karun yang selama ini tak ia cari tapi akhirnya ia temukan dan rasanya
seperti ia telah mencari-carinya bertahun-tahun. Ia sangat gembira memiliki
teman. Tepatnya teman yang ia inginkan.
Dan beberapa hari ini ada seseorang yang
sedang mencoba mendobrak masuk dalam kehidupannya. Untungnya pertahanan Tesan
masih kuat dan dingin seperti dulu. kepribadiannya masih seperti dinding tebal
Es dikutub. Ia tidak akan mudah mencair. Sekalipun untuk gadis seramah itu, Tesan
tidak akan pernah membiarkannya masuk ke dalam hidupnya. Orang seperti itu,
Tesan berpikir dia bisa saja ramah dan perhatian pada semua orang. Dia bisa
saja membicarakan apa saja dengan semua orang. Dia bisa membahas apa saja
dengan semua orang. Dia pasti punya kebiasaan mempelajari hidup orang lain dan
menaklukannya. Seperti dia mempelajari hidup Tesan sekarang, dia pasti ingin
mencari tau lebih banyak tentang kehidupan Tesan yang memisahkan diri sepeti
minyak dalam air.
“ Tesan, hei.. “ itu dia, gadis itu
melambaikan tangan lagi pada Tesan pagi itu. Tesan yang baru sampai di halte
bis menyesal dan ingin rasanya kembali kedalam gang. Tapi sebentar lagi bis
datang. Kalau dia kembali pasti dia akan ketinggalan bis dan harus menunggu
angkot. Dia bisa terlambat ke sekolah. jadi Tesan hanya menatap gadis itu
sebentar, menganggukan kepalanya sedikit lalu berpaling ke arah lain. Dia
berharap gadis itu tau kalau dia tidak ingin diganggu. Dan gadis itu tidak
perlu mengganggunya lebih lanjut. Tapi dia salah, semua harapannya jelas saja
sia-sia. Gadis sudah berdiri disampingnya sekarang. Bahkan Tesan bisa mencium
bau shampo nya. Aroma manis yang tak bisa Tesan jelaskan. Jantungnya tiba-tiba
saja berdetak sangat cepat. Entah karena ia mulai kesal dan marah atau dia
hanya gugup.
“ Tesan, aku sudah menunggumu dari tadi “
ujar Jian. Seharusnya gadis itu tak perlu melakukannya, dia hanya membuat Tesan
kesulitan bernafas dan berfikir. Tesan hanya diam memandang ke arah lain seolah
dia tidak mendengar apapun. Dia mencoba mengatur nafasnya dan membuang jauh
rasa ingin membanting dan menginjak-injak sesuatu. Ia sangat marah sekarang.
Gadis itu bertindak terlalu jauh, ia telah berani menunggunya. Ia berani
menunggu untuk masuk kedalam hidupnya. Apa dia tidak benar-benar mempelajari
hidup Tesan selama ini ? tidak ada yang boleh menunggu Tesan kecuali Jason,
ibunya dan pihak sekolah. orang-orang seperti Jian yang hanya ingin tau dan
pergi setelah tau segalanya tidak seharusnya berani menunggunya.
“ Tesan, aku bicara denganmu. kau tidak
mendengarku ? “ ujar Jian lagi saat Tesan tak menoleh ke arahnya.
“ Tesan, hei.. “ gadis itu memanggilnya
lagi sambil menepuk bahunya. Ia benar-benar berharap Tesan akan menoleh. Tapi
dia tidak tau kalau dia melewati batas. Baginya mungkin ini hal wajar tapi bagi
Tesan ini keterlaluan.
“ APA ?? JANGAN MENGGANGGUKU ! PERGI DAN
TINGGALKAN AKU SENDIRI !! “ bentak Tesan pada Jian. Dia sangat kesal sampai
sesak nafas sekarang. Anak-anak lain memandangi mereka dengan tatapan ingin tau
dan sok tau yang Tesan benci. Mereka saling berbisik-bisik dan menunjuk-nunjuk
ke arah Tesan. Jian sendiri kelihatan sangat shock dan sedih.
“ apa salahku ? aku hanya ingin
menawarimu kue. Kalau kau tidak mau aku juga tidak akan memaksa. Tidak perlu
membentakku seperti itu “ ujar Jian dengan suara gemetar dan air mata
menggenang di matanya. Tesan tidak memedulikannya. Ia bahkan tak melihat
kearahnya lagi karena bis sudah datang dan Tesan cepat-cepat melompat masuk
kedalam bis. Anak-anak lain masih menatapnya dan berbisik-bisik disekitarnya.
Tesan tidak peduli tentang itu. dia sudah biasa mendengar dan menangkap basah
orang-orang yang diam-diam membicarakannya.
“ jadi kau membentaknya ? kau gila ! “
komentar Jason. Tesan baru saja menceritakan kekesalannya pada Jason.
“ memang ! kau sudah tau aku gila. Hanya
kau yang berteman denganku tapi bukan berarti kau tidak tau kalau aku gila kan
? “ tiba-tiba Tesan jadi kesal lagi.
“ Ok ! Sorry bro, aku tau perasaanmu. Aku
mengerti. Kau pasti sangat marah karena dia berani mendekatimu. Tapi mungkin
saja dia tidak bermaksud membuatmu marah. Ya ! itu sudah pasti. Dia tidak tau
kalau kau akan marah “ ujar Jason
“ kenapa dia tidak tau ? dia sudah
mengenalku. Dia juga tau namaku. dan semua orang pastinya tau kalau aku tak
ingin diganggu. “ jawab Tesan panas
“ benar. Itu benar kawan, kau benar. Dia
memang tau namamu dan mengenalmu tapi.... “ Jason hampir saja mengatakan kalau
Jian bukan Jason atau ibunya Tesan yang mengerti bagaimana harus memperlakukan
Tesan. tapi sepertinya itu hanya akan membuat Tesan makin marah jadi dia tidak
mengatakannya.
“ tapi apa ? “ tuntut Tesan
“ hei ayolah Tesan. dia tidak terlalu
bersalah. Hanya bersemangat menurutku. Santai saja kawan. Aku yakin setelah ini
dia tidak akan menganggumu lagi. Percayalah ! “ kata Jason sambil menepuk
punggung Tesan. Tesan mendesah, perasaannya sudah sdikit lebih baik sekarang. Ia
jadi merasa bersalah pada Jason.
“ maafkan aku ya Jas, kau harus punya
teman seperti aku. ini pasti sulit juga bagimu. Tapi kau tau aku hanya percaya
padamu disini. Terima kasih sudah mendengarkan aku, sudah menjadi temanku “
kata Tesan
“ tidak masalah ! kau bisa cerita
samuanya padaku. Aku tidak keberatan. Kau kan tau, kualitas otakku tidak bisa
menampung banyak hal. jadi beberapa cerita akan mengabur dengan sendirinya dan
meninggalkan ruang kosong yang lain. Kau punya banyak tempat untuk menceritakan
segalanya seumur hidupmu “ ujar Jason sambil tersenyum
“ thanks Jason ! “ Tesan tersenyum.
Pelajaran
pertama dan kedua hari itu sukses membuat Tesan dan Jason banyak menggambar dan
tertawa diam-diam dibalik buku biologi mereka. Kebiasaan Jason menggambari
buku-bukunya benar-benar sudah mendarah daging. Bahkan sekarang menular pada
Tesan. selama pelajaran berlangsung mereka berlomba menggambar motor dan
pembalap favorite mereka, sementara pak Aryo mendikte kan pembahasan materi
mereka hari itu.
“ Bravo ! yeahh ! aku yang menang “ kata
Jason mengacungkan tinju diudara saat jam istirahat tiba.
“ nih, ambil nih.. anggap aja souvenir !”
Tesan melemparkan kertas bergambarnya yang belum selesai ke arah Jason. Lalu
dia pergi keluar kelas.
“ San.. mau kemana ?”
“ kantin ! “ jawab Tesan singkat.
Mendengar itu Jason segera berlari kearah Tesan dan menubruknya dari belakang
dengan satu rangkulan.
“ makan apa kita bro ? “ tanya Jason
“ sendal jepit goreng !” jawab Tesan
“ Ban mobil bakar ! “ sambung Jason
“ Kaus kaki tumis! “ kata Tesan lagi
“ itu menjijikkan ! “ ujar Jason. Tesan
tertawa. Mereka berjalan sambil berangkulan sampai ke kantin. Tertawa
bersama-sama dan mengatakan omong kosong yang tak ada habisnya. Seakan hidup
mereka diciptakan hanya untuk melakukan itu.
Pulang sekolah, Tesan dan Jason berjalan
bersama menuju gerbang sekolah. bis yang akan membawa mereka pulang sudah
menunggu sejak tadi. Tesan dan Jason bergabung dalam rombongan anak-anak yang
bergerombol keluar dari gerbang bersamaan.
“ Ohh itu Jian, dia sudah sampai di Bis “
kata seorang siswi didepan Tesan
“ Benar. Dia pasti berjalan duluan tadi “
sambut siswi lainnya
“ aku tidak pernah melihatnya sesedih
itu, hari ini dia kelihatan kacau” ujar siswi pertama
“ yaa, sepertinya perasaannya bertepuk
sebelah tangan. Apa yang bisa dia lakukan ?” jawab siswi kedua
“ pastilah hanya menangis “
“ Jian yang malang. Dia menyukai orang
yang salah “
Tesan
melirik Jason, ingin tau apakah Jason mendengarkan juga. Tapi jason meninju
lengannya dan lari ke arah bis nya sambil tertawa dan berteriak.
“ Aku duluan yaa ! “
Tesan
masuk kedalam bis dan duduk ditempat yang biasanya. Tidak ada yang duduk
dikursi itu setiap hari kecuali Tesan. entah bagaimana kursi itu selalu kosong
dan tersisa untuk Tesan. sepertinya tidak ada anak yang mau duduk disana.
mereka rela berdiri berhimpitan daripada harus duduk dikursi belakang paling
ujung itu. Tesan duduk, memeluk Almamaternya dan menyandarkan kepala ke dinding
bis. Pikirannya berkecamuk dan penuh dengan pertanyaan. Tadi pagi dia membentak
Jian didepan semua orang. Saat ini Jian sedang sedih. Dia bertanya-tanya apakah
Jian sedih karena dia ? siapakah yang Jian sukai itu ? apa itu dia ? apa Tesan
? bukankah pikirannya ini berlebihan ? kenapa dia bisa berpikiran seperti ini ?
bukankah ada banyak pria didunia ini yang bisa Jian sukai. Kenapa Tesan harus
merasa kalau dialah pria itu ? padahal dia tidak pernah menganggap siapapun
termasuk Jian dalam hidupnya. Bagaimana mungkin dia berpikir untuk disukai seorang
wanita ?
Tesan
turun dari bis dengan pikiran tak terarah. Tubuh dan pikirannya berpisah
sementara waktu entah kemana. Seseorang membuatnya jatuh dari pintu bis ke
aspal panas didepan halte. Tesan mengerang. Keningnya membentur aspal kasar dan
berdebu. Kedua telapak tangannya juga terasa perih dan panas. Tas nya robek
tersangkut pintu dan bukunya berhamburan. Tesan berdiri pelan-pelan. Darah
mengalir dari dahi kepipinya. Semua anak menatapnya saat itu. mereka hanya
berdiri bengong menyaksikan tanpa berusaha membantunya berdiri atau apapun.
Tesan mencari-cari anak yang dibelakangnya tadi. Seorang siswa kelas 3 yang
tinggal di dua gang dari gangnya. Anak itu berdiri tak jauh dari tempat Tesan
jatuh. Menatap Tesan dengan wajah geli dan puas. Matanya yang sipit dan tajam
menusuk Tesan dan membuatnya hilang kesabaran. Tesan menghampirinya, menarik
kerah bajunya dan meninju wajahnya. Anak itu tersungkur ke aspal. Semua orang
menjerit ketakutan. Beberapa anak menghampiri Tesan dan memegangi tangannya.
Dan beberapa yang lain membantu siswa itu berdiri. Tesan meludah marah. Bahkan
dalam kesakitan, anak itu masih bisa tersenyum. Dengan mata yang tajam,
senyuman itu terlihat seperti senyuman seorang Psiko. Tapi Tesan tidak takut
sama sekali. Kemarahannya sudah tersulut dan berkobar. Sudah terlambat untuk
memadamkan kemarahannya. Yang perlu dilakukan sekarang, adalah penyelesaian. Tesan
mengibaskan lengannya, tapi orang-orang yang memeganginya terlalu kuat. Tesan
menjerit minta dilepaskan. Tapi mereka tak mau melepaskannya dan menahannya
sampai anak itu pergi meninggalkan kerumunan dan masuk kedalam gang. (Bersambung)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar